Tips Menghasilkan Babon Teknik

Administrator wrote:

astrajingga wrote:Jadi nggak pasti? Pendapat mas admin ini berdasarkan pengalaman atau teori?

Dari pengalaman sy yg cetek, hasilnya memang seperti itu. Akhirnya kita harus mencari literatur teorinya, mengapa hal itu terjadi.

BTW, Namanya ternak, bagaimanapun teorinya, apapun kualitas indukan, pasti tidak akan pasti 100% hasilnya. Apalagi ini ternak binatang hobi yg kebutuhan variabelnya sangat banyak.
Lain hal kalau kita ternak ayam potong. Bisa jauh lebih mudah.

Yg penting kita bisa tau penjelasan apa sebab akibatnya berdasar teori yg ada.

Wah kalau orang yng kayak mas admin,yg mutu hasil ternakannya sudah di akui menganggap pengalamannya cetek.Trus yg pengalamannya banyak kyak apa?? Untuk kasus yg di atas (mas kapritjaya) penjelasan berdasar teori yg ada seperti apa mas admin?

SOAL nya admin nya murah hati..jadi ya gitu dech..sukanya merendah hati...
satu kata buad maz ari......SALUTTTT

Administrator wrote:

cakalele wrote:Mas Ary sy mau minta saran.... ...saya mengawinkan pacek dgn tipe pukul sping ki-ka dan depan yang boom...ut babon tipe berdiri dan pukul depan juga boomm...(A X B = C ) hasilnya 2 ekor jantan yg tipenya sama dengan induknya pukul sping ki-ka dan depan yg boomm ( C )
berhubung paceknya (A) sdh mati skrg sy kawinkan C dengan induknya (C X B = D),untuk D (3 jantan,1 betina) umurnya skrg sdh 4 bln....baiknya nnt ut D (jantan) dikawinkan lagi dengan B atau D (betina) dikawinkan lagi dengan C/C1....? di tunggu sarannya yahhh....thx..

Kalau mau dapat karakter bapaknya, lakukan DxC. Utk mendapatkan karakter ibu, lakukan DxB.
Krn ini 'double inbreed' harus diperhatikan kesehatan dan kebersihan kandangnya.

Kalau mau aman menghindari inbreed depression :
Selagi menunggu D tumbuh besar, kawinkan B dgn pacek lain yg setipe. Hasil anaknya nanti bisa dikawinkan dgn D.

mas Ari kalo pacek A x B = X1 kemudian A x C = Y1, pertanyaan saya, bagai mana kalo X1 x Y1= ? apakah masih inbreed atokah sudah linebreed, makasih

badaxpraz wrote:SOAL nya admin nya murah hati..jadi ya gitu dech..sukanya merendah hati...
satu kata buad maz ari......SALUTTTT

Sy yakin di forum ini banyak teman2 yg lebih berpengalaman dan lebih mengerti dibanding saya.
Mungkin mereka2 ini belum sempat meluangkan waktu utk menulis.
Akhirnya sy memberanikan diri, menulis ala kadarnya hanya sebatas pengetahuan saya.
Mohon maaf kalau ada kekeliruan.

gelung wrote:mas Ari kalo pacek A x B = X1 kemudian A x C = Y1, pertanyaan saya, bagai mana kalo X1 x Y1= ? apakah masih inbreed atokah sudah linebreed, makasih

Masih termasuk inbreed tapi dalam taraf inbreed depression yg tergolong rendah.

Administrator wrote:

gelung wrote:mas Ari kalo pacek A x B = X1 kemudian A x C = Y1, pertanyaan saya, bagai mana kalo X1 x Y1= ? apakah masih inbreed atokah sudah linebreed, makasih

Masih termasuk inbreed tapi dalam taraf inbreed depression yg tergolong rendah.

maksudnya gimana mas, masih ora mudeng.

gelung wrote:

Administrator wrote:

gelung wrote:mas Ari kalo pacek A x B = X1 kemudian A x C = Y1, pertanyaan saya, bagai mana kalo X1 x Y1= ? apakah masih inbreed atokah sudah linebreed, makasih

Masih termasuk inbreed tapi dalam taraf inbreed depression yg tergolong rendah.

maksudnya gimana mas, masih ora mudeng.

Pokoknya masih tergolong inbreed lah mas...


Inbreed depression itu adlh : gejala penurunan vitalitas akibat inbreed.

astrajingga wrote: Wah kalau orang yng kayak mas admin,yg mutu hasil ternakannya sudah di akui menganggap pengalamannya cetek.Trus yg pengalamannya banyak kyak apa?? Untuk kasus yg di atas (mas kapritjaya) penjelasan berdasar teori yg ada seperti apa mas admin?

Kita pakai pengetahuan dasar tentang genetika aja mas... Ini kan sudah diajarkan di SMA.
Bahwa :
Mahluk hidup itu terdiri dari jutaan sel. Manusia sendiri terdiri dari 10.000.000.000.000 sel.
Tiap sel terdiri dari kromosom. Pada diri manusia ada 46bh kromosom dalam tiap selnya.
Tiap kromosom ada alele yg isinya adlh susunan gen berjumlah puluhan bahkan ratusan pasang gen.

Nah, bisa dibayangkan berapa banyak kemungkinan kombinasi gen yg mungkin terjadi antara perkawinan 2 individu. Bwanyakkk bwangettt...
Semakin beragam sifat kedua individu yg dikawinkan, maka akan semakin beragam kombinasi sifat anakan yg akan dihasilkan.

Administrator wrote:

astrajingga wrote: Wah kalau orang yng kayak mas admin,yg mutu hasil ternakannya sudah di akui menganggap pengalamannya cetek.Trus yg pengalamannya banyak kyak apa?? Untuk kasus yg di atas (mas kapritjaya) penjelasan berdasar teori yg ada seperti apa mas admin?

Kita pakai pengetahuan dasar tentang genetika aja mas... Ini kan sudah diajarkan di SMA.
Bahwa :
Mahluk hidup itu terdiri dari jutaan sel. Manusia sendiri terdiri dari 10.000.000.000.000 sel.
Tiap sel terdiri dari kromosom. Pada diri manusia ada 46bh kromosom dalam tiap selnya.
Tiap kromosom ada alele yg isinya adlh susunan gen berjumlah puluhan bahkan ratusan pasang gen.

Nah, bisa dibayangkan berapa banyak kemungkinan kombinasi gen yg mungkin terjadi antara perkawinan 2 individu. Bwanyakkk bwangettt...
Semakin beragam sifat kedua individu yg dikawinkan, maka akan semakin beragam kombinasi sifat anakan yg akan dihasilkan.

Betul mas admin,genetika dasar aja kita belum becus. Gen adalah unit pewarisan sifat yg bentuknya berupa kode atau urutan DNA.Jadi yang dominan atau resesif itu adlah sifatnya,bukan individunya ( babon/pecek )

Untuk gaya tarung,saya pribadi berpendapat bahwa gaya tarung bukan merupakan sifat yang di wariskan/turunkan. Gaya tarung adalah perpaduan antara adaptasi dari bentuk fisik yg dimiliki ayam dan pengaruh mentalitas ( pengalaman sejak menetas sampai dewasa ). Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman saya sangat dangkal.Kalau salah tolong di koreksi ( tentunya dg pembuktian yg logis )

astrajingga wrote:Untuk gaya tarung,saya pribadi berpendapat bahwa gaya tarung bukan merupakan sifat yang di wariskan/turunkan. Gaya tarung adalah perpaduan antara adaptasi dari bentuk fisik yg dimiliki ayam dan pengaruh mentalitas ( pengalaman sejak menetas sampai dewasa ). Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman saya sangat dangkal.Kalau salah tolong di koreksi ( tentunya dg pembuktian yg logis )

menurut pengalaman bang jingga,proses perkawinan spt apa yg telah dilakukan...hal2 apa yg perlu dicatat/recording,dlm proses breeding u.tujuan hasil ternak ayam aduan yg sip.. .tolong dibantu ya.

mas ary nyambung lagi ah nanya biar tambah ilmu
saya punya babon kl menurut saya bagus dari segi tehnik+pukul sebab sodara setetasan yg jantan memiliki tehnik yg bagus+pukul keras tapi sodaranya yg jantan udah d jual semua trz saya mau kawinkan babon itu dengan sodaranya yg satu bapa beda ibu yg memiliki tehnik+pukul lbih bagus yg jadi pertanyaan apakah cara yg sya lakukan untuk menghasilkan ayam yg bagus+kwalitas yg merata sudah benar apkah setelah tahap itu masih ad tahap lain supaya menghasilkan anakan yg merata ???

astrajingga wrote:Untuk gaya tarung,saya pribadi berpendapat bahwa gaya tarung bukan merupakan sifat yang di wariskan/turunkan. Gaya tarung adalah perpaduan antara adaptasi dari bentuk fisik yg dimiliki ayam dan pengaruh mentalitas ( pengalaman sejak menetas sampai dewasa ). Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman saya sangat dangkal.Kalau salah tolong di koreksi ( tentunya dg pembuktian yg logis )

Sy kurang sependapat mas...
Menurut saya gaya tarung diwariskan dari orang tua dan leluhurnya.
Kalau orang tuanya teknik ngoyor2, apapun bentuk fisiknya, bagaimanapun cara memeliharanya, sepertinya jauh sekali kemungkinan akan punya anak yg tekniknya super lock.

Bila fisik bisa mempengaruhi teknik tarung, tentu kita tidak usah susah2 ternak. Tinggal pilih saja beli di pasar ayam yg tampilan fisiknya ideal. Orang-pun tidak perlu repot tes abar kalau beli. Tinggal dilihat saja fisiknya, pilih yg bagus.

Dalam dunia ilmu genetika, para ilmuwan hanya meneliti pewarisan fisik dan perilaku yg umum saja. Tidak sampai mendetail layaknya hobiis yg memperhatikan hal2 kecil dalam bertarung. Jadi jangan heran kalau kita tidak akan menemukan penelitian tentang teknik ngoyor, masuk sayap, peluk, gombel, dsb. Ilmuwan taunya cuma berantem saja.
hehehe...

Namun ada literatur yg pernah sy baca bahwa pewarisan sifat perilaku erat kaitannya dalam produksi hormon. Hormon2 tertentu, volume otak, dsb bisa mempengaruhi perilaku hewan dalam situasi tertentu.
Nah, kualitas dan kuantitas produksi hormon ini juga diwariskan pada anak2nya.

Kalau dipikirin emang njelimet banget mas... Yg penting kita tau dasar2nya aja.

Administrator wrote:

astrajingga wrote:Untuk gaya tarung,saya pribadi berpendapat bahwa gaya tarung bukan merupakan sifat yang di wariskan/turunkan. Gaya tarung adalah perpaduan antara adaptasi dari bentuk fisik yg dimiliki ayam dan pengaruh mentalitas ( pengalaman sejak menetas sampai dewasa ). Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman saya sangat dangkal.Kalau salah tolong di koreksi ( tentunya dg pembuktian yg logis )

Sy kurang sependapat mas...
Menurut saya gaya tarung diwariskan dari orang tua dan leluhurnya.
Kalau orang tuanya teknik ngoyor2, apapun bentuk fisiknya, bagaimanapun cara memeliharanya, sepertinya jauh sekali kemungkinan akan punya anak yg tekniknya super lock

he..he...he...itulah gaya joke bang Astrajingga....menurut pendapat saya yg ingusan sebenarnya kedua pendapat bang ary dan bang astrajingga itu nyambung...jd tdk bertentangan. Maksudnya yg diturunkan indukan kepada anaknya adalah bentuk2 fisik tertentu yg memungkinkan untuk bertarung dengan gaya tertentu, jadi gaya tarung yg ditampilkan merupakan adaptasi dr bentuk fisik (versi bang astra), namun bila diteliti lebih jauh ciri fisik itu tidak sederhana karena meliputi struktur tulang, struktur otot rangka, struktur sistem anatomi dan fisiologi yg menyangkut kemampuan distribusi darah dan oksigen dan lain-lain termasuk juga jenis serabut otot cepat atau lambat...jd sangat kompleks. Begitu pula ttg volume otak dll selalu diawali dg bentuk dan volume scr fisik. Ditambah lagi dg pengalaman dan pengaruh mentalitas bisa dijelaskan bahwa pengalaman traumatis akan sangat berpengaruh gaya yg ditampilkan oleh seekor ayam, bila dia terlatih dg baik dia akan menampilkan gaya yg maksimal dari struktur fisik yg dimiliki. Namun bila salah asuh dia tdk akan menampilkan teknik superlock yg indah (misalnya) sebaliknya akan menampilkan jurus langkah seribu...kesimpulan klop dan nyambung....dasar bang Jingga.....( mhn maaf sekedar joke jg)...

Namabah bang ary dan bang Jingga mohon penjelasan ttg teknik rapat dan cepat dengan kemampuan pukulan keras dan berat dari tinjauan biomekanika....makasih mas , Bang, Om Brooo...

LQ wrote:

astrajingga wrote:Untuk gaya tarung,saya pribadi berpendapat bahwa gaya tarung bukan merupakan sifat yang di wariskan/turunkan. Gaya tarung adalah perpaduan antara adaptasi dari bentuk fisik yg dimiliki ayam dan pengaruh mentalitas ( pengalaman sejak menetas sampai dewasa ). Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman saya sangat dangkal.Kalau salah tolong di koreksi ( tentunya dg pembuktian yg logis )

menurut pengalaman bang jingga,proses perkawinan spt apa yg telah dilakukan...hal2 apa yg perlu dicatat/recording,dlm proses breeding u.tujuan hasil ternak ayam aduan yg sip.. .tolong dibantu ya.

Sudah saya katakan sebelumnya,mas LQ.Bahwa pengalaman saya sangat dangkal,bisa di katakan NOL BESAR. Jadi mohon maaf,saya tidak bisa membantu anda,,,,

Administrator wrote:

astrajingga wrote:Untuk gaya tarung,saya pribadi berpendapat bahwa gaya tarung bukan merupakan sifat yang di wariskan/turunkan. Gaya tarung adalah perpaduan antara adaptasi dari bentuk fisik yg dimiliki ayam dan pengaruh mentalitas ( pengalaman sejak menetas sampai dewasa ). Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman saya sangat dangkal.Kalau salah tolong di koreksi ( tentunya dg pembuktian yg logis )

Sy kurang sependapat mas...
Menurut saya gaya tarung diwariskan dari orang tua dan leluhurnya.
Kalau orang tuanya teknik ngoyor2, apapun bentuk fisiknya, bagaimanapun cara memeliharanya, sepertinya jauh sekali kemungkinan akan punya anak yg tekniknya super lock.

Bila fisik bisa mempengaruhi teknik tarung, tentu kita tidak usah susah2 ternak. Tinggal pilih saja beli di pasar ayam yg tampilan fisiknya ideal. Orang-pun tidak perlu repot tes abar kalau beli. Tinggal dilihat saja fisiknya, pilih yg bagus.

Dalam dunia ilmu genetika, para ilmuwan hanya meneliti pewarisan fisik dan perilaku yg umum saja. Tidak sampai mendetail layaknya hobiis yg memperhatikan hal2 kecil dalam bertarung. Jadi jangan heran kalau kita tidak akan menemukan penelitian tentang teknik ngoyor, masuk sayap, peluk, gombel, dsb. Ilmuwan taunya cuma berantem saja.
hehehe...

Namun ada literatur yg pernah sy baca bahwa pewarisan sifat perilaku erat kaitannya dalam produksi hormon. Hormon2 tertentu, volume otak, dsb bisa mempengaruhi perilaku hewan dalam situasi tertentu.
Nah, kualitas dan kuantitas produksi hormon ini juga diwariskan pada anak2nya.

Kalau dipikirin emang njelimet banget mas... Yg penting kita tau dasar2nya aja.

Kalau mas admin tidak sependapat,monggo,,,,,, di jabarkan. Pola pewarisan gaya tarung itu seperti apa. Nggak usah yg njlimet2 mas admin,teori genetika dasar aja

d'SANTOS wrote:

Administrator wrote:

astrajingga wrote:Untuk gaya tarung,saya pribadi berpendapat bahwa gaya tarung bukan merupakan sifat yang di wariskan/turunkan. Gaya tarung adalah perpaduan antara adaptasi dari bentuk fisik yg dimiliki ayam dan pengaruh mentalitas ( pengalaman sejak menetas sampai dewasa ). Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman saya sangat dangkal.Kalau salah tolong di koreksi ( tentunya dg pembuktian yg logis )

Sy kurang sependapat mas...
Menurut saya gaya tarung diwariskan dari orang tua dan leluhurnya.
Kalau orang tuanya teknik ngoyor2, apapun bentuk fisiknya, bagaimanapun cara memeliharanya, sepertinya jauh sekali kemungkinan akan punya anak yg tekniknya super lock

he..he...he...itulah gaya joke bang Astrajingga....menurut pendapat saya yg ingusan sebenarnya kedua pendapat bang ary dan bang astrajingga itu nyambung...jd tdk bertentangan. Maksudnya yg diturunkan indukan kepada anaknya adalah bentuk2 fisik tertentu yg memungkinkan untuk bertarung dengan gaya tertentu, jadi gaya tarung yg ditampilkan merupakan adaptasi dr bentuk fisik (versi bang astra), namun bila diteliti lebih jauh ciri fisik itu tidak sederhana karena meliputi struktur tulang, struktur otot rangka, struktur sistem anatomi dan fisiologi yg menyangkut kemampuan distribusi darah dan oksigen dan lain-lain termasuk juga jenis serabut otot cepat atau lambat...jd sangat kompleks. Begitu pula ttg volume otak dll selalu diawali dg bentuk dan volume scr fisik. Ditambah lagi dg pengalaman dan pengaruh mentalitas bisa dijelaskan bahwa pengalaman traumatis akan sangat berpengaruh gaya yg ditampilkan oleh seekor ayam, bila dia terlatih dg baik dia akan menampilkan gaya yg maksimal dari struktur fisik yg dimiliki. Namun bila salah asuh dia tdk akan menampilkan teknik superlock yg indah (misalnya) sebaliknya akan menampilkan jurus langkah seribu...kesimpulan klop dan nyambung....dasar bang Jingga.....( mhn maaf sekedar joke jg)...

Namabah bang ary dan bang Jingga mohon penjelasan ttg teknik rapat dan cepat dengan kemampuan pukulan keras dan berat dari tinjauan biomekanika....makasih mas , Bang, Om Brooo...

Nah ini yang saya maksudkan Itu bukan joke mas,tapi ketidakmampuan saya untk menuangkan pikiran saya dlm kata2.Dan ternyata anda lebih mampu menjabarkannya dengan baik Kalau soal biomekanika,saya nggak ngerti mas.Ilmu fisika saya jeblok,dan sepertinya anda lebih paham. Silahkan di jabarkan.

astrajingga wrote:

d'SANTOS wrote:

Administrator wrote:

astrajingga wrote:Untuk gaya tarung,saya pribadi berpendapat bahwa gaya tarung bukan merupakan sifat yang di wariskan/turunkan. Gaya tarung adalah perpaduan antara adaptasi dari bentuk fisik yg dimiliki ayam dan pengaruh mentalitas ( pengalaman sejak menetas sampai dewasa ). Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman saya sangat dangkal.Kalau salah tolong di koreksi ( tentunya dg pembuktian yg logis )

Sy kurang sependapat mas...
Menurut saya gaya tarung diwariskan dari orang tua dan leluhurnya.
Kalau orang tuanya teknik ngoyor2, apapun bentuk fisiknya, bagaimanapun cara memeliharanya, sepertinya jauh sekali kemungkinan akan punya anak yg tekniknya super lock

he..he...he...itulah gaya joke bang Astrajingga....menurut pendapat saya yg ingusan sebenarnya kedua pendapat bang ary dan bang astrajingga itu nyambung...jd tdk bertentangan. Maksudnya yg diturunkan indukan kepada anaknya adalah bentuk2 fisik tertentu yg memungkinkan untuk bertarung dengan gaya tertentu, jadi gaya tarung yg ditampilkan merupakan adaptasi dr bentuk fisik (versi bang astra), namun bila diteliti lebih jauh ciri fisik itu tidak sederhana karena meliputi struktur tulang, struktur otot rangka, struktur sistem anatomi dan fisiologi yg menyangkut kemampuan distribusi darah dan oksigen dan lain-lain termasuk juga jenis serabut otot cepat atau lambat...jd sangat kompleks. Begitu pula ttg volume otak dll selalu diawali dg bentuk dan volume scr fisik. Ditambah lagi dg pengalaman dan pengaruh mentalitas bisa dijelaskan bahwa pengalaman traumatis akan sangat berpengaruh gaya yg ditampilkan oleh seekor ayam, bila dia terlatih dg baik dia akan menampilkan gaya yg maksimal dari struktur fisik yg dimiliki. Namun bila salah asuh dia tdk akan menampilkan teknik superlock yg indah (misalnya) sebaliknya akan menampilkan jurus langkah seribu...kesimpulan klop dan nyambung....dasar bang Jingga.....( mhn maaf sekedar joke jg)...

Namabah bang ary dan bang Jingga mohon penjelasan ttg teknik rapat dan cepat dengan kemampuan pukulan keras dan berat dari tinjauan biomekanika....makasih mas , Bang, Om Brooo...

Nah ini yang saya maksudkan Itu bukan joke mas,tapi ketidakmampuan saya untk menuangkan pikiran saya dlm kata2.Dan ternyata anda lebih mampu menjabarkannya dengan baik Kalau soal biomekanika,saya nggak ngerti mas.Ilmu fisika saya jeblok,dan sepertinya anda lebih paham. Silahkan di jabarkan.

oalaaah Mas jingga....kamsudku biar tidak kepanjangen..

trus ttg kecepatan dan kerapatan jarak dg kekuatan pukulan itu sangat berkorelasi...makanya aku sempat nanya bang Ary cara utk meramu petarung dg gaya cepat dan rapat ttp memiliki pukulan yg keras dan berat. Karena menurut pengamatan junior kalo gaya cepat dan rapat murni tdk akan bisa menghasilkan pukulan yg maximal dan yg paling mungkin adalah akurasi pukulan yg baik, Itupun susah karena kecepatannya. Mungkin yg di maksud bang Ary adalah petarung yg mampu mengatur jarak dan kecepatan yg efektif untuk bertahan dan menyerang scr maxsimal, jadi merupakan kombinasi antara cepat dan lambat jg rapat dan renggang...

Biomekanik????? aku jg ora mudheng mas Bro.....wkwkwkwk....

d'SANTOS wrote:
he..he...he...itulah gaya joke bang Astrajingga....menurut pendapat saya yg ingusan sebenarnya kedua pendapat bang ary dan bang astrajingga itu nyambung...jd tdk bertentangan. Maksudnya yg diturunkan indukan kepada anaknya adalah bentuk2 fisik tertentu yg memungkinkan untuk bertarung dengan gaya tertentu, jadi gaya tarung yg ditampilkan merupakan adaptasi dr bentuk fisik (versi bang astra), namun bila diteliti lebih jauh ciri fisik itu tidak sederhana karena meliputi struktur tulang, struktur otot rangka, struktur sistem anatomi dan fisiologi yg menyangkut kemampuan distribusi darah dan oksigen dan lain-lain termasuk juga jenis serabut otot cepat atau lambat...jd sangat kompleks. Begitu pula ttg volume otak dll selalu diawali dg bentuk dan volume scr fisik.

Memang ada korelasi yg unik antara hubungan bentuk fisik dan perilakunya ketika bertarung.
Beberapa orang memang mengkait2kan hal tersebut. Hal ini semata2 demi memudahkan pencarian ayam yg baik ditinjau dari sisi fisiknya saja.
Contoh : bentuk leher yg lentur mencirikan ayam bisa tengok/kunci.

Tapi yg menarik adlh, benarkah semua ayam yg lehernya lentur tarungnya 'ngunci' ?
Tentu tidak.
Ayam yg tarungnya 'ngunci' biasanya lehernya lentur. Tapi ayam yg lehernya lentur belum tentu tarungnya ngunci.
Sy pribadi menyimpulkan bahwa ada dua faktor yg mempengaruhi. Yaitu 'bisa' dan 'mau'.
Ada ayam yg lehernya lentur sesungguhnya 'bisa' ngunci. Tapi ia tidak mau melakukannya.
Sebaliknya,
Ada ayam yg lehernya kaku, ia mau nengok, tapi tidak bisa krn lehernya yg kaku.

Contoh lain : tulangan tebal umumnya kuat menahan pukulan.
Tapi, tidak bisa digeneralisir bahwa semua tulangan tebal punya daya tahan yg bagus.
misal :
- Ada ayam yg tulangan tebal, bisa bertahan sekian ronde menahan pukulan, tapi kena sakit sedikit saja ia tidak mau melanjutkan pertandingan.
- Ada ayam yg tulangan tipis, secara teori seharusnya ia sudah lari, tapi masih mampu bertahan krn kemauannya yg kuat.

Disini menurut saya fisik berhubungan dgn 'kebisaan' sementara 'kemauan' berhubungan dgn faktor non fisik.
Sebuah perilaku khusus (tengok misalnya) akan terwujud bila sebelumnya si ayam punya kemauan untuk itu. Bukan semata2 krn akibat bentuk fisiknya.
Dari pengalaman saya, 'kemauan' ayam dalam berperilaku yg spesifik ketika tarung, diturunkan oleh kedua orang tuanya.

Itulah sebabnya, kalau cari pacek, carilah yg memiliki naluri fighter, tekniknya bagus, mentalnya kuat, semangatnya besar, dsb. Soal fisik, masih bisa dikatrol dgn asupan makanan yg bergizi dan pola perawatan/pemeliharaan yg baik.
Tapi soal naluri yg jelek, tidak bisa di katrol dgn cara apapun.

d'SANTOS wrote:Ditambah lagi dg pengalaman dan pengaruh mentalitas bisa dijelaskan bahwa pengalaman traumatis akan sangat berpengaruh gaya yg ditampilkan oleh seekor ayam, bila dia terlatih dg baik dia akan menampilkan gaya yg maksimal dari struktur fisik yg dimiliki. Namun bila salah asuh dia tdk akan menampilkan teknik superlock yg indah (misalnya) sebaliknya akan menampilkan jurus langkah seribu...kesimpulan klop dan nyambung....dasar bang Jingga.....( mhn maaf sekedar joke jg)...

Ini sy setuju. Bahwa cara pemeliharaan yg baik bisa memaksimalkan kinerja seekor ayam.
Tapi kalau dasarnya si ayam memang jelek, pengaruh dari faktor lingkungan (cara pemeliharaan) hanya bersifat sementara saja.
Misal : Ayam yg keturunan mental jelek, walau dipelihara dgn cara apapun, dibuat agar mentalnya kuat, tetap akan kembali 'cundang' ketika menghadapi tekanan musuh.
Ayam yg ngoyor, mungkin di awal ronde ia bisa menampilkan tarung yg baik. Tapi setelah beberapa waktu, tabiat aslinya (ngoyor) akan keluar ketika menghadapi tekanan dan berkurangnya stamina.

astrajingga wrote:Pola pewarisan gaya tarung itu seperti apa. Nggak usah yg njlimet2 mas admin,teori genetika dasar aja

Pola pewarisan gaya tarung, maksudnya gimana mas ?

[/quote]

oalaaah Mas jingga....kamsudku biar tidak kepanjangen..

trus ttg kecepatan dan kerapatan jarak dg kekuatan pukulan itu sangat berkorelasi...makanya aku sempat nanya bang Ary cara utk meramu petarung dg gaya cepat dan rapat ttp memiliki pukulan yg keras dan berat. Karena menurut pengamatan junior kalo gaya cepat dan rapat murni tdk akan bisa menghasilkan pukulan yg maximal dan yg paling mungkin adalah akurasi pukulan yg baik, Itupun susah karena kecepatannya. Mungkin yg di maksud bang Ary adalah petarung yg mampu mengatur jarak dan kecepatan yg efektif untuk bertahan dan menyerang scr maxsimal, jadi merupakan kombinasi antara cepat dan lambat jg rapat dan renggang...

Biomekanik????? aku jg ora mudheng mas Bro.....wkwkwkwk....[/quote] Lha terus sing mudeng sopo mas,,,, ??

ikut nyimakkk juga gan ..

Administrator wrote:

d'SANTOS wrote:
he..he...he...itulah gaya joke bang Astrajingga....menurut pendapat saya yg ingusan sebenarnya kedua pendapat bang ary dan bang astrajingga itu nyambung...jd tdk bertentangan. Maksudnya yg diturunkan indukan kepada anaknya adalah bentuk2 fisik tertentu yg memungkinkan untuk bertarung dengan gaya tertentu, jadi gaya tarung yg ditampilkan merupakan adaptasi dr bentuk fisik (versi bang astra), namun bila diteliti lebih jauh ciri fisik itu tidak sederhana karena meliputi struktur tulang, struktur otot rangka, struktur sistem anatomi dan fisiologi yg menyangkut kemampuan distribusi darah dan oksigen dan lain-lain termasuk juga jenis serabut otot cepat atau lambat...jd sangat kompleks. Begitu pula ttg volume otak dll selalu diawali dg bentuk dan volume scr fisik.

Memang ada korelasi yg unik antara hubungan bentuk fisik dan perilakunya ketika bertarung.
Beberapa orang memang mengkait2kan hal tersebut. Hal ini semata2 demi memudahkan pencarian ayam yg baik ditinjau dari sisi fisiknya saja.
Contoh : bentuk leher yg lentur mencirikan ayam bisa tengok/kunci.

Tapi yg menarik adlh, benarkah semua ayam yg lehernya lentur tarungnya 'ngunci' ?
Tentu tidak.
Ayam yg tarungnya 'ngunci' biasanya lehernya lentur. Tapi ayam yg lehernya lentur belum tentu tarungnya ngunci.
Sy pribadi menyimpulkan bahwa ada dua faktor yg mempengaruhi. Yaitu 'bisa' dan 'mau'.
Ada ayam yg lehernya lentur sesungguhnya 'bisa' ngunci. Tapi ia tidak mau melakukannya.
Sebaliknya,
Ada ayam yg lehernya kaku, ia mau nengok, tapi tidak bisa krn lehernya yg kaku.

Contoh lain : tulangan tebal umumnya kuat menahan pukulan.
Tapi, tidak bisa digeneralisir bahwa semua tulangan tebal punya daya tahan yg bagus.
misal :
- Ada ayam yg tulangan tebal, bisa bertahan sekian ronde menahan pukulan, tapi kena sakit sedikit saja ia tidak mau melanjutkan pertandingan.
- Ada ayam yg tulangan tipis, secara teori seharusnya ia sudah lari, tapi masih mampu bertahan krn kemauannya yg kuat.

Disini menurut saya fisik berhubungan dgn 'kebisaan' sementara 'kemauan' berhubungan dgn faktor non fisik.
Sebuah perilaku khusus (tengok misalnya) akan terwujud bila sebelumnya si ayam punya kemauan untuk itu. Bukan semata2 krn akibat bentuk fisiknya.
Dari pengalaman saya, 'kemauan' ayam dalam berperilaku yg spesifik ketika tarung, diturunkan oleh kedua orang tuanya.

Itulah sebabnya, kalau cari pacek, carilah yg memiliki naluri fighter, tekniknya bagus, mentalnya kuat, semangatnya besar, dsb. Soal fisik, masih bisa dikatrol dgn asupan makanan yg bergizi dan pola perawatan/pemeliharaan yg baik.
Tapi soal naluri yg jelek, tidak bisa di katrol dgn cara apapun.

d'SANTOS wrote:Ditambah lagi dg pengalaman dan pengaruh mentalitas bisa dijelaskan bahwa pengalaman traumatis akan sangat berpengaruh gaya yg ditampilkan oleh seekor ayam, bila dia terlatih dg baik dia akan menampilkan gaya yg maksimal dari struktur fisik yg dimiliki. Namun bila salah asuh dia tdk akan menampilkan teknik superlock yg indah (misalnya) sebaliknya akan menampilkan jurus langkah seribu...kesimpulan klop dan nyambung....dasar bang Jingga.....( mhn maaf sekedar joke jg)...

Ini sy setuju. Bahwa cara pemeliharaan yg baik bisa memaksimalkan kinerja seekor ayam.
Tapi kalau dasarnya si ayam memang jelek, pengaruh dari faktor lingkungan (cara pemeliharaan) hanya bersifat sementara saja.
Misal : Ayam yg keturunan mental jelek, walau dipelihara dgn cara apapun, dibuat agar mentalnya kuat, tetap akan kembali 'cundang' ketika menghadapi tekanan musuh.
Ayam yg ngoyor, mungkin di awal ronde ia bisa menampilkan tarung yg baik. Tapi setelah beberapa waktu, tabiat aslinya (ngoyor) akan keluar ketika menghadapi tekanan dan berkurangnya stamina.

Jawaban mas admin bukan sanggahan,tapi justru memperkuat pendapat saya

astrajingga wrote: Jawaban mas admin bukan sanggahan,tapi justru memperkuat pendapat saya

Kalau boleh sy simpulkan, mas Astrajingga memilih ayam dari bentuk fisiknya dulu. Berharap dari bentuk fisik tsb mencerminkan kemampuannya dalam bertarung.
Setelah dipilih bentuknya, baru di tes utk melihat kemampuan sesungguhnya.
begitu mas ???

Administrator wrote:

astrajingga wrote:Pola pewarisan gaya tarung itu seperti apa. Nggak usah yg njlimet2 mas admin,teori genetika dasar aja

Pola pewarisan gaya tarung, maksudnya gimana mas ?

Kalau memang gaya tarung merupakan sifat yang di wariskan/ turunkan,seperti yang mas admin bilang.Pola pewarisan/ hereditasnya seperti apa ? gaya tarung itu ada berapa macam ? yang dominan yg mana? yg resesif yg mana?