MENGENAI DERAJAT AYAM

rio wrote:Salam kenal Mas Boy..

Sebenarnya saya lebih konsen pada ternak saja Mas. Untuk kekalang jarang-jarang.... paling hanya sebulan atau 2 bulan sekali tunggu ayam siap banget. Itu juga ayam sisa afkiran dari anakkan sendiri yg sudah diambil orang. Orang Cirebon jg suka datang ambil ayam saya..kalau ga salah orang Sumber Mas.

Oh ya...kalau kalangan di Kr.Jati dan sktrnya cukup banyak Mas. Condet, Ciracas, Depok, Kranggan. Variatif sih kelasnya tergantung kocek kita.

Tks.

Trimkas infonya mas, utk Jakarta mas Rio mungkin bisa join dngn mas Ary ( admin ) manatau bisa saling menguntungkan dan mempeerat silaturahmi.


Salam

Oh Iya saya belum kenalan..

Assamuallaikum Mas Ary..perkenalkan sy Rio dr Kr. Jati / JakTim

Salam kukuruyuk bagi rekan-rekan semua....

Saya mau sedikit menanggapi tentang hoki, jadi kenapa judi itu diharamkan..??? karena didalam perjudian sangat sarat dengan keberuntungan (untung-untungan / hoki istilah chinanya...sebenarnya penulisannya hokgi...bukan hoki) jadi faktor keberuntungan merupakan hal yg utama dalam perjudian dengan catatan judi dilakukan dengan fair bukan judi yg sudah diatur oleh bandar. Sabung ayam termasuk kedalam kegiatan judi bila menggunakan taruhan...pada sabung ayam memang faktor hoki menempati porsi yg bervariasi antara 0 % bahkan sampai 100 % (menurut saya), rasio perbandingan antara hoki:kwalitas ayam, mungkin bisa 50:50, atau 80:80, atau 100:100 dst.....namanya juga judi......susah di prediksi.....untuk memperbesar prosentase hoki tentu kita harus membawa ayam dengan kwalitas prima karena diharapkan dengan ayam yg sangat bagus pola permainannya, ketahanan fisik dan mentalnya maka kemungkinan besar ayam kita menang.....tapi itupun masih misteri....kadang terjadi seperti teman mas admin yg diceritakannya di atas...ayamnya sejak ronde awal unggul..tau tau di pukul sekali trus ambruk ngga bisa bangkit lagi.....jadi supaya aman antara hoki dan kwalitas ayam harus sama-sama mencapai rasio 100:100 supaya menang terus ngga pernah kalah-kalah.....tapi apa mungkin seperti ini....?? monggo bagaimana tanggapan rekan-rekan pakar semua......

Salam

GuitarPlayer wrote:Saya mau sedikit menanggapi tentang hoki, jadi kenapa judi itu diharamkan..??? karena didalam perjudian sangat sarat dengan keberuntungan (untung-untungan / hoki istilah chinanya...sebenarnya penulisannya hokgi...bukan hoki) jadi faktor keberuntungan merupakan hal yg utama dalam perjudian dengan catatan judi dilakukan dengan fair bukan judi yg sudah diatur oleh bandar. Sabung ayam termasuk kedalam kegiatan judi bila menggunakan taruhan...pada sabung ayam memang faktor hoki menempati porsi yg bervariasi antara 0 % bahkan sampai 100 % (menurut saya), rasio perbandingan antara hoki:kwalitas ayam, mungkin bisa 50:50, atau 80:80, atau 100:100 dst.....namanya juga judi......susah di prediksi.....untuk memperbesar prosentase hoki tentu kita harus membawa ayam dengan kwalitas prima karena diharapkan dengan ayam yg sangat bagus pola permainannya, ketahanan fisik dan mentalnya maka kemungkinan besar ayam kita menang.....tapi itupun masih misteri....kadang terjadi seperti teman mas admin yg diceritakannya di atas...ayamnya sejak ronde awal unggul..tau tau di pukul sekali trus ambruk ngga bisa bangkit lagi.....jadi supaya aman antara hoki dan kwalitas ayam harus sama-sama mencapai rasio 100:100 supaya menang terus ngga pernah kalah-kalah.....tapi apa mungkin seperti ini....?? monggo bagaimana tanggapan rekan-rekan pakar semua...... Salam

Setuju mas guitar... Kalo sudah bicara hoki dalam judi, maka segala hal dikait2kan. Bahkan terkadang hal2 yg tidak masuk akal-pun dihubungkan dgn kemenangan.
Untuk ayam, hal2 yg secara fisik dianggap membawa hoki/derajat kemenangan disebut katuranggan. Tetapi apakah katuranggan berhubungan dgn kualitas ayam...?? Saya rasa tidak...

CMIIW

BUDI S wrote:MAU SHARING PENDAPAT REKAN-REKAN PAPAJI.

kalau bicara soal ayam ini kayaknya tidak ada bedanya seperti manusia ada istilah derajat, sementara ini yang umum bahwa ayam ganteng atau penampilan bagus mempunyai derajat yang bagus ( artinya derajat kuat menang ). misalkan begini ayam A penampilan fisik bagus dari kepala sampai kaki dan mempunyai tehnik bagus ( klas ganteng / juragan) dan punya pukulan keras bertemu ayam B dengan ayam berpenampilan jelek ( klas buruh ) dan juga sama memiliki tehnik bagus dan pukulan keras. apa benar pertarungan model begini akan dimenangkan oleh ayam A atau 50% 50%. sebab jujur saja saya kalau bertemu lawan yang lebih ganteng dari ayam saya, saya takuutttttt karena kelas ayam tadi. gimana menurut rekan rekan???

kalo menurut saya yg penting tarungnya... urusan gambar nomor 2

BAGI SAYA NGGA PENTING DERAJAT ATAU TIDAK, SEBAB AYAM TERGANTUNG DARI LATIHAN DAN STAMINA YANG BAGUS UNTUK MERAIH KEMENANGAN DALAM PERTARUNGAN. JADI DAPAT DIKATAKAN KALO AYAM SAMPAI KALAH MUNGKIN DALAM PERAWATAN DAN LATIHAN ADA YANG BELOM BENER............SALAM UNTUK TEMAN 2 SEKALIAN ..................KUKURUYUK....................

percaya tidak percaya derajat ayam itu memang ada dan terbukti....banyak ayam yang secara teknik dan fisik baik, pukulan juga akurat tapi tidak membawa keberuntungan jatuhnya poor/draw melulu, hal ini pasti terjadi dan sering kita lihat dimanapun arena ayam aduan diadakan atau ayam yang jika diadu di arena pinggiran dengan T kecil menangan lalu kita bawa ke arena tengah dengan T yang lebih besar tidak kuat alias kalah, sekalipun secara kualitas ayam lebih baik dari lawan....kejadian2 semacam ini membuktikan ayam juga punya derajat/darah menangan atau sebaliknya, tapi menilai derajat ayam bukan dari tampang/tampilan ayam tersebut melainkan dari faktor keturunan. ...

Kalau bagi saya, kekalahan atau seri dalam pertarungan, bisa dianalisa sebab akibatnya. Bukan sekedar gampang menjatuhkan kesalahan pada derajat ayam. Banyak sekali hal2 teknis yg berhubungan dgn kemenangan atau kekalahan.

....menurut sy Derajat ayam tdk bisa diukur tdk bisa dilihat secara kasat mata ,
Tp Ayam dierami oleh induk dan menetas membawa karakter , kelebihan dan kekurangan tersendiri.
yg bisa diukur dari ayam adalah height, weight, health, skill and weapon ( taji kaki, taji sayap atau apa ya namanya yg ada diujung sayap bentuknya kadang ada yg tajam, kuku dll ) klo merunut ke petarung sih semua anggota tubuh adalah senjata, baik senjata serang maupun senjata untuk bertahan...He He He
Mental ayam jg sebetulnya abstrak,..akurasi pengukurannya tdk 100%.
kalah menang dipengaruhi berbagai macam faktor,.ada faktor logic dan non logic.
Faktor Logika adalah height, weight, health, skill, weapon,Kebiasaan melatih ayam ( Contoh:ayam yg biasa dilatih pada terang hari , tdk pernah dilatih pada malam hari lalu dilagakan pada malam hari,..besar kemungkinan kalah), perawatan yg baik untuk menunjang tenaga dan stamina, Tandingan ayam dan cara mengairi ayam ketika berlaga,.
semua itu bisa meminimalisir kekalahan ayam yg disebutkan disebabkan oleh faktor non logic..
tp utk merealisasikannya butuh pengetahuan,ketrampilan dan pengamatan yg jeli dari pemilik atau botoh ayam yg terasah oleh pengalaman,..gift by nature is the best but experience is the best teacher,...
Mungkin salah satu faktor non logic yg paling masuk akal yg mengalahkan semua uraian diatas adalah inner strength dari ayam, karena itu adalah pemberian alam, tdk bisa dikurangi atau dilebihkan,..
Maaf jika tidak berkenan,..
kalau kurang atau salah mohon ditambahkan dan dimaafkan...
Salam Hangat,.. kompak selalu Piss

Istilah 'derajat' ayam itu sulit di definisikan. Bentuknya 'abstrak' dan sulit dipahami.
Pada dasarnya, adu ayam itu adlh adu kecerdikan, kecepatan dan kekuatan. Cerdik menghindar dan menyerang, cepat melancarkan serangan, serta kuat secara fisik dan mental.

Kalau ada ayam yg terus menerus melancarkan serangan, tapi tiba2 keok dan kabur, itu bukan berarti musuh punya 'derajat' yg lebih tinggi. Saya lebih suka menyebutnya ayam bermental jelek.
Apakah ayam 'derajat' ini bisa diartikan ayam bermental baja..?? Saya rasa demikian.

CMIIW

kalau boleh ...pendapat saya nih...

derajat pada ayam = kelas pada ayam...sering kita dengar ...wah ayam kelas, kalah kelas euy....ules

sama halnya pada kehidupan sehari2....

misalkan pak camat dan pak satpol PP,
walaupun itu pak satpol PP / TIBUM itu tinggi besar-sterks-hitam lestreng menakutkan para pedagang K5,

tapi kalau pak Camat yg berbandan kecil lewat apalagi pakai pakaen dinas yg ada jengkolnya....
eee...langsung aja si pak satpol PP ciut langsung Hormat...deh....

setiap empunya ayam pasti punya ayam kesayangan toh...nah pastinya dia hapal tuh karakter ayamnya-nalurinya-trah dsb bisa tahu kelasan maana diantara ayamnya tsb...

boleh percaya ataupun tidak...
"MERAWAT AYAM TANPA MANTERA-PERKAMEN"

salam

agun/krw

amrogen wrote:
derajat pada ayam = kelas pada ayam...sering kita dengar ...wah ayam kelas, kalah kelas euy....ules

sama halnya pada kehidupan sehari2....

misalkan pak camat dan pak satpol PP,
walaupun itu pak satpol PP / TIBUM itu tinggi besar-sterks-hitam lestreng menakutkan para pedagang K5,

tapi kalau pak Camat yg berbandan kecil lewat apalagi pakai pakaen dinas yg ada jengkolnya....
eee...langsung aja si pak satpol PP ciut langsung Hormat...deh....

Kang Agun...
Kalau soal warna, ules, gambar, dll, itu khan cuma prediksi manusia saja. Kita tidak tau, apa pendapat si ayam mengenai warna yg ditakuti. Buktinya, warna2 yg dianggap jelek juga bisa menang lawan warna yg dianggap kelas.

Kalau analoginya diibaratkan spt camat dgn hansip, sepertinya kurang cocok deh.... Camat itu khan jabatan buatan manusia. Begitu juga hansip. Kalau mereka berdua saling tidak kenal, misalnya Camat di Jakarta, melawan hansip dari Jawa timur, sudah pasti si Camat keok digebukin.

Administrator wrote:

amrogen wrote:
derajat pada ayam = kelas pada ayam...sering kita dengar ...wah ayam kelas, kalah kelas euy....ules

sama halnya pada kehidupan sehari2....

misalkan pak camat dan pak satpol PP,
walaupun itu pak satpol PP / TIBUM itu tinggi besar-sterks-hitam lestreng menakutkan para pedagang K5,

tapi kalau pak Camat yg berbandan kecil lewat apalagi pakai pakaen dinas yg ada jengkolnya....
eee...langsung aja si pak satpol PP ciut langsung Hormat...deh....

Kang Agun...
Kalau soal warna, ules, gambar, dll, itu khan cuma prediksi manusia saja. Kita tidak tau, apa pendapat si ayam mengenai warna yg ditakuti. Buktinya, warna2 yg dianggap jelek juga bisa menang lawan warna yg dianggap kelas.

Kalau analoginya diibaratkan spt camat dgn hansip, sepertinya kurang cocok deh.... Camat itu khan jabatan buatan manusia. Begitu juga hansip. Kalau mereka berdua saling tidak kenal, misalnya Camat di Jakarta, melawan hansip dari Jawa timur, sudah pasti si Camat keok digebukin.

..

Wah....kena deh....,
apa kabar mas Ary..., lancuran kyak si petir ada mas? nanti sy ke h niming.


Bener juga kata mas Ary ya....jadi bingung...nih...
maksutnya kalau hansipnya punya ayam..pasti diminta tuh sama pak camat...ha ha ha..

salam

agun/krw

amrogen wrote:
apa kabar mas Ary..., lancuran kyak si petir ada mas? nanti sy ke h niming.

Alhamdulillah, kebetulan minggu kemaren banyak yg boyong...
Mungkin abis lebaran baru ada stok lagi. Yg lancuran baru pada dikurung nih...

Administrator wrote:Memang banyak istilah... Ayam derajat, ayam hoki, ayam menangan, ayam bawa rejeki, dll termasuk yg berkonotasi negatif spt ayam sial, ayam kalahan, dsb.
Semuanya ini dihubungkan dgn keberuntungan/rejeki si ayam.

Tapi lama2 sy juga jadi berpikir... sebenarnya yg beruntungan ini ayamnya atau pemiliknya..??
Karena bisa saja pemiliknya yg selalu hoki atau karena pemilik sering kalah (ngga hoki).
Pernah teman saya yg maniak ngadu ayam berhenti dulu ke kalangan dalam 2 bulan terakhir. Ketika saya tanyakan kenapa, dia jawab... Lagi kalah mulu mas... bawaan gue lagi ga hoki nih... bawa ini kalah, bawa yg itu keok, apes mulu...

Jadi mana yg benar nih... ayamnya atau pemiliknya yg hoki..??
Ditunggu komentarnya.

Logika berpikir saya kurang bisa menangkap seekor ayam menang hoki. Bisa saja terjadi, tapi kemungkinannya kecil.

setanrooster wrote:Logika berpikir saya kurang bisa menangkap seekor ayam menang hoki. Bisa saja terjadi, tapi kemungkinannya kecil.

Kalau mas Setan Rooster pernah melihat di arena... Ayam jalu panjang dan tajam yg sudah sangat parah, sudah mau kalah, tiba2 berbalik menang krn pukulan 'lucky blow'. Kebetulan pas kena telak di daerah yg vital. Musuh langsung gleper2... Ini disebut menang krn Hoky.

Pernah juga suatu ketika, ngadu malam hari, ayam sedang unggul, tiba2 lampu mati. Ayam kaget krn gelap, celingukan, tiba2 musuh memukul dan langsung kena telak ga bisa bangun. Ini juga disebut hoky.

Dan banyak lagi kejadian 'unik'. Diatas kertas, ayam semestinya kalah. Tapi krn sesuatu hal yg diluar perkiraan, tiba2 bisa menjadi menang.

Memang kemungkinannya kecil. Tapi bukannya tidak mungkin... Dan ini beberapa kali kejadian di arena2.

Saya pribadi, tidak memasukan kriteria 'hoky' ketika memilih ayam utk bertarung. Yg paling utama adlh teknik, pukulan dan mental.

Kalo diarena sedang berlangsung pertarungan dan tiba2 lampu mati biasanya ditunggu beberapa saat, maks 5 menit lampu tetap padam maka ayam dinyatakan draw....
Menurut saya yang hoki bukan ayamnya tapi lebih pada orangnya....banyak kejadian2 diluar perhitungan rasional yang terjadi di arena aduan seperti beberapa yang disampaikan mas Arry....sering terjadi diarena, kita bisa lihat ayam akan memberikan perlawanan maksimal sekalipun sudah payah jika botoh dan pemilik ayam tetap memberikan semangat terhadap ayamnya...sebaliknya ayam akan lebih cepat menyerah apabila botoh dan pemilik ayamnya terlihat sudah pasrah dan kehilangan semangat juang.... mental dan semangat botoh + pemilik ayam secara sugesti akan berpegaruh terhadap semangat juang si ayam....jadi bukan ayam yang menang secara hoki tetapi justru ayam menang karena pemiliknya bawa hoki / bioritme sedang positif.....salam

MayOr wrote:Kalo diarena sedang berlangsung pertarungan dan tiba2 lampu mati biasanya ditunggu beberapa saat, maks 5 menit lampu tetap padam maka ayam dinyatakan draw....

Yg sy saksikan ketika itu, pertandingan malam hari. Si A vs si B. Si A sedang unggul dan si B terdesak parah ketika ronde ke 3 berjalan. Lampu tiba2 mati. Ayam yg sedang unggul (si A) kebingungan celingak celinguk krn gelap. Cuma 2-3 detik kemudian, Si B memukul (timpuk) dan kebetulan kena dgn telak. Si A langsung muter2 dan nyungsep.
Berhubung gelap, pertandingan dihentikan sementara. Rupanya lampu mati krn sekring yg turun saja.

Si A 'dibetuli'n sama botohnya, kilik sana sini, urut2, tetap ga bisa berdiri tegap, terus sempoyongan dan terjatuh. Tidak sampai 5 menit, lampu sudah hidup kembali. Diberikan tambahan waktu 3 menit utk membetulkan si A, tapi tdk berhasil.
Akhirnya si A dianggap kalah krn tidak mampu melanjutkan pertandingan. Si B dinobatkan sbg pemenang. Pertandingan selesai...

Sempat terjadi kericuhan kecil krn botoh menuduh mati lampu ini disengaja. Untungnya pemilik si A tetap legowo dan mengaku kalah. Tapi belakangan, meskipun menang, pemilik si B mengembalikan uang T-nya kepada pemilik si A sbg tanda sportifitas.

kemenangan seekor ayam bisa dikatakan mutlak dikarenakan :

1. ayam yang bermental baja .pantang menyerah.
2. kondisi kesehatan/stamina si ayam dan peran bhoto.
3. pola dan teknik ayam itu sendiri.
4. Pukulan yang banyak ke daerah vital .
5. insting membalas pukulan bila menerima pukulan yang dirasakanya sakit.

bilamana derajat ayam dikaitkan dengan kemenangan masih abstrak ...

ferry bun wrote:kemenangan seekor ayam bisa dikatakan mutlak dikarenakan :

1. ayam yang bermental baja .pantang menyerah.
2. kondisi kesehatan/stamina si ayam dan peran bhoto.
3. pola dan teknik ayam itu sendiri.
4. Pukulan yang banyak ke daerah vital .
5. insting membalas pukulan bila menerima pukulan yang dirasakanya sakit.

bilamana derajat ayam dikaitkan dengan kemenangan masih abstrak ...

Yang namanya derajat itu berkaitan dengan aura maka sudah pasti bersifat abstrak..! karena tidak terlihat tapi bisa dirasakan....item 1 mengenai mental ayam itulah yang disebut sebagai derajat ayam...ayam yang punya derajat/trah jawara pasti mempunyai mental baja dan pantang menyerah...

Derajat..derajat..derajat.. Wuih seru-seru komentarnya nih dari rekan-rekan Papaji.

Kalau menurut saya (maaf kalau salah)..yg namanya ayam ya...ayam. Tidak ada derajatnya.
Kalau seekor ayam bisa mengangkat derajat sang pemiliknya itu baru mungkin.
Dibilang darah juara itu mungkin, dan itu terkait juga dengan pola main dan pukulnya.
Seperti kemarin ayam temen sy...tehnik pukulnya terus terang tidak bagus, tapi sdh dirajah jalu sampai gletak tetap saja gak keok. akhirnya dikalahkan karena peraturan. Nah kalau gitu bagaimana..? jangankan utk pacek, mau dipakai lagi utk adu jg gak mungkin ( karena jelek ).
Nah kalau kita perhatikan lagi jika seekor ayam bangkok jika bertemu dengan ayam kate...biasanya pasti langsung takut (ngucir)he..he..he..

maaf...maaf...maaf ya kalau salah ngomong..

Salam
Rio

Bagi saya gambaran dan postur bgus bukan patokan . . .
Yg mnjadi patokan saya dlm memilih ayam cuma ngeliat tulangan kasar n smbungan rapat,sayap n badan cukup pnjang,keturunan n pzti_a sblum d'pilih mesti d'tes dlu biar qt tw pola dan teknik main..
Supaya jgn smpe nyesal slah pilih gt..
Dr pda rugi hepeng.
Hehehehe...

kl saya peribadi sy tidak permasalahkan ayam gagah,ganteng,jelek,derajat,dari turunan mana,satu hal yang selama ini sy pegang....saya berikan kepercayaan kepada ayam saya bahwa dia bisa menanag...krn tak bisa dipungkiri...ayam dan pemiliknya punya ikatan batin....pernah suatu hari sy ragu melawan ayam seseorang krn ayam itu sudah beberapa kali menang..tapi akhirnya sy lawan juga dan hasilnya saya kalah....krn penasaran...sy kembali membeli ayam yang sama sekali belum pernah main bahkan ayam yang tidak dirawat krn sy belinya di petani(bukan penghobi ayam)...kemudian sy pertemukan lagi dengan ayam yang pernah kalahkan ayam saya tapi kali ini sedikitpun keraguan kalo ayam saya akan kalah sama sekali tidak ada dan hasilnya ayam saya itu menang...namun kadang sebagai manusia rasa ragu itu pasti ada.....maaf kl saya salah.......

Kl saya pribadi cenderung melihat Naik turunnya Derajat ayam lbh ditentukan oleh siapa pemilik ayamnya dan bagaimana cara merawatnya..
Jika terawat dgn baik, tau kapan saat layak diadu, gandengnya masuk, Secara otomatis peluang menang udah gax kalah dgn peluang yg dimiliki musuh..
Tp kl pemilik ayam mengabaikan hal2 penting tsb ya otomatis kerja ayam semakin berat & peluang musuh tentu lbh besar..
Rawatan bgs tp kualitas bahan kurang ya sakit jg..
Kualitas bahan bgs tp Rawatan kurang jg sama dgn bunuh diri..
Jd, perlakuan manusia'nya bg saya lbh penting sebagai penentu naik turunnya derajat ayam..

Salam..

dwidhy wrote:Kl saya pribadi cenderung melihat Naik turunnya Derajat ayam lbh ditentukan oleh siapa pemilik ayamnya dan bagaimana cara merawatnya..
Jika terawat dgn baik, tau kapan saat layak diadu, gandengnya masuk, Secara otomatis peluang menang udah gax kalah dgn peluang yg dimiliki musuh..
Tp kl pemilik ayam mengabaikan hal2 penting tsb ya otomatis kerja ayam semakin berat & peluang musuh tentu lbh besar..
Rawatan bgs tp kualitas bahan kurang ya sakit jg..
Kualitas bahan bgs tp Rawatan kurang jg sama dgn bunuh diri..
Jd, perlakuan manusia'nya bg saya lbh penting sebagai penentu naik turunnya derajat ayam..

Salam..

mantap ulasanya yg Logik ...