Berita Menyesatkan.......

jaghana wrote:hmm....yg gak tau nggak usah ikut2an...mending nyimak aja...biar yg bersangkutan yg klarifikasi..
pak KK alias hartono purnomosidi tidak mengedit isi majalah tersebut...alias gak tau menau..jadi jangan dibawa bawa...dia sedang di bangkok sejak awal bulan lalu dan blm pulang.

saya yakin kalau mas tejo salah pasti diomelin pak kk abis2an...

mengenai tulisan jurnalis....biasa itu..kayak nggak prnah baca koran atau majalah aja...ke ke eke ke kee........

mas hendro n papaji tambah ngetop euy....muantaaappp...ke ke eke ke keee...

sutejo rc wrote:jangan sampai seperti Papaji Jateng yang dipimpin Hendro Tjahyono yang menggelar kontes di Bandungan Semarang (18/3/12), justru meremehkan ijin, karena selama ini sukses menggelar acara di tempat yang sama akhirnya tanpa ijin mereka lakukan, akhirnya ditengah acara berlangsung dibubarkan.
Kondisi ini membuat banyak penghobi kecewa inginnya mereka bisa menarungkan ayamnya dengan tenang akhirnya pulang dengan hari kecewa apalagi saat itu peserta juga datang dari berbagai daerah tidak hanya Jawa Tengah tetapi juga Jawa Timur dan DKI Jakarta. Bahkan pasca pembubaran tidak ada penyelesaian yang baik. Hal serupa terulang ketika ada acara di Bantul (6/5/12), peserta yang sudah datang akhirnya tidak bisa menarungkan jagoanya karena dibubarkan pihak berwajib.
Contoh kasus semacam ini harusnya tidak perlu terulang lagi, mereka yang gagal menggelar kontes bisa intropeksi dan konsultasi pada daerah laian yang sudah mampu menggelar dengan rutin seperti Papaji pusat atau DKI Jakarta, Pal Jatim yang kini berganti nama PPAI. Jangan samapai mengandalkan seseorang yang sanggup menjamin kelangsunga acara tersebut tanpa bukti formal ijin yang dikeluarkan kepolisian. Jika kasus kasus semacam ini terus berulang-ulang maka image ayam laga di masyarakat tetap negative. (tej)

Jagonantang wrote:benar kata orang,...kejujuran kadang menyakitkan,........
sangat baik untuk koreksi kedepannya, jangan sampai kita selalu mendapatkan kesenangan yang semu.
salam papaji.

sutejo rc wrote:ADAKAH YG SALAH DENGAN BERITA INI, MOHON BAGI YG TIDAK MEMBACA LENGKAP YG KAMI TULIS DI MEDIA AYAM HALAMAN 4-5 INILAH BERITA LENGKAPNYA... MOHON KOREKSI KALAU GAK SESUAI FAKTA, KALAU ADA YG TIDAK BENAR DITULIS TIDAK BENAR ITU MEMANG TUGAS KAMI, YG BENAR DITULIS BENAR JUGA TUGAS KAMI... INILAH TULISAN SELENGKAPNYA...

JUDUL 1 :
Cara Mudah Gelar Kontes Non Judi
Pendekatan dan Kultur Jadi Pertimbangan

Kontes ayam laga non judi kini semakin ramai digelar bahkan di daerah DKI Jakarta bisa tiap bulan, bahkan tidak sampai, namun ada beberapa daerah masih kesulitan, gimana caranya? Mengadakan Latber, Abar, Kopdar atau kontes ayam laga sebenarnya tidaklah sulit, karena sama dengan menggelar acara kontes hobi lainya, hanya saja karena ada pro kontra di masyarakat maka pihak kepolisian yang mengeluarkan ijin mempertimbangkan kultur daerah tersebut dan kuncinya adalah pendekatan.

Arif Witarsa anggota Intelpam Polda Jatim menyarankan, untuk menggelar kontes tentu tidak sulit, asal prosedur yang ada di lalui dengan benar dan dilakukan pendekatan ke semua pihak, termasuk konsultasi ke pihak kepolisian sebelum ijin diajukan dan tokoh-tokoh masyarakata yang ada. “Asal kulturnya memungkinkan dan bisa menjamin tanpa judi, saya kira pihak kepolisian tidak keberatan untuk mengeluarkan ijin,” ujar Arif yang juga hobi ayam laga.
Secara formal untuk ijik kegiatan (keramaian) cukup sederhana, ada pihak atau lembaga yang mengajukan ijin atau penanggung jawab, dengan melampirkan proposal yang didalamnya ada keterangan maksud dan tujuan, peserta, pelaksanaan dan sekup kegiatan serta lampiran ijin lokasi dari pemilik tempat yang akan digunakan.
Pengajuan permohonan ijin harus sesuai sekupnya, jika hanya tingkat kecamatan cukup ke Polsek, kalau lingkupnya se kabupaten atau daerah tingkat II ke Polres, tingkat propinsi ke Polda dan tingkat nasional ke mabes Polri. Untuk memperkuat pengajuan bisa menambahkan rekom dari instansi terkait misalnya dinas peternakan dan pariwisata atau lembaga swadaya masyarakat yang diperlukan.
Kultur tetap jadi pertimbangan, karena jika tidak memungkinkan lingkungan sekitarnya untuk digelarnya kontes ayam laga tentu pihak kepolisian memiliki hak untuk tidak mengeluarkan ijin. Secara umum lingkungan yang memungkinkan untuk kontes ayam laga adalah daerah wisata, jauh dari pemukiman serta masyarakat sekitar tidak fanatik dan cukup beragam. (tej)

JUDUL 2:
Jangan Menantang Arus

Pengalaman beberapa panitia yang gagal menggelar ayam laga bisa dijadikan pelajaran yang cukup berharga, kebanyakan acara mereka yang akhirnya dibubarkan karena faktor ijin belum keluar dan memaksakan kehendak untuk terus menggelar kegiatan, seperti yang terjadi di Gresik awal tahun 2012, panitia cukup arogan ijin belum keluar tetapi acara tetap akan dilaksanakan, bahkan setelah acara digagalkan pihak kepolisian masih saja melakukan tuntutan.
Kegiatan tersebut tidak hanya mengecewakan mereka yang sudah datang termasuk terutama dari Jawa Tengah dan Jakarta, tetapi juga berdampak pada acara serupa di daerah lain khusus di Jawa Timur.
Panitia kontes yang mengundang peserta dari jauh harus konsekwen dan baru mengundang setelah ijin dikantongi, jangan sampai seperti Papaji Jateng yang dipimpin Hendro Tjahyono yang menggelar kontes di Bandungan Semarang (18/3/12), justru meremehkan ijin, karena selama ini sukses menggelar acara di tempat yang sama akhirnya tanpa ijin mereka lakukan, akhirnya ditengah acara berlangsung dibubarkan.
Kondisi ini membuat banyak penghobi kecewa inginnya mereka bisa menarungkan ayamnya dengan tenang akhirnya pulang dengan hari kecewa apalagi saat itu peserta juga datang dari berbagai daerah tidak hanya Jawa Tengah tetapi juga Jawa Timur dan DKI Jakarta. Bahkan pasca pembubaran tidak ada penyelesaian yang baik. Hal serupa terulang ketika ada acara di Bantul (6/5/12), peserta yang sudah datang akhirnya tidak bisa menarungkan jagoanya karena dibubarkan pihak berwajib.
Contoh kasus semacam ini harusnya tidak perlu terulang lagi, mereka yang gagal menggelar kontes bisa intropeksi dan konsultasi pada daerah laian yang sudah mampu menggelar dengan rutin seperti Papaji pusat atau DKI Jakarta, Pal Jatim yang kini berganti nama PPAI. Jangan samapai mengandalkan seseorang yang sanggup menjamin kelangsunga acara tersebut tanpa bukti formal ijin yang dikeluarkan kepolisian. Jika kasus kasus semacam ini terus berulang-ulang maka image ayam laga di masyarakat tetap negative. (tej)


JUDUL 3:
Papaji Jateng Masih Sulit Minta Ijin

Ini dampak dari kegiatan yang dilaksanakan di Bandungan (18/3/12) tanpa ijin yang dibubarkan pihak berwajib atau tidak, Tetapi diakui Hendro Tjahjono ketua Papaji Jateng ketika ditanya seputar kegiatan PAPAJI Jateng, mengaku jika masih ada kesulitan untuk meminta ijin lantaran masih adanya stigma negatif yang melekat pada dunia adu ayam.
Hendro juga menyanyangkan, karna PAPAJI adalah organisai resmi yang terdaftar dan berbadan hukum tapi kadang untuk melakukan kegiatan masih mengalami sedikit kesulitan lantaran pihak berwenang takut akan menimbulkan bentrok dengan ormas tertentu atau kelompok-kelompok Radikal yang masih memandang stigma negatif pada ajang adu ayam tersebut.
“Sebenarnya adu ayam di PAPAJI ini adalah murni Hobi dan hanya mengutamakan seninya, jadi stigma yang selama ini menempel pada adu ayam sangat mengganggu, padahal kita membentuk PAPAJI ini berdasarkan pengalaman agar pehobi ayam yang murni bermain untuk hobi saja, bukan untuk judi. “ jelas Hendro. (git)

SEMOGA DENGAN INI SEMUANYA JELAS KALAU ADA YG DIKLARIFIKASI MONGGO,,, APALAGI BISA JADI BERITA LAGI JUGA SILAKAN TAMBAH BAGUS KARENA SEMUA BISA MENTYAMPAIKAN ASPIRASINYA. MEDIA AYAM SIAP MENAMPUNG INFORMASI TENTANG AYAM LAGA SECARA BENAR DAN SEIMBANG

sutejo rc wrote:ADAKAH YG SALAH DENGAN BERITA INI, MOHON BAGI YG TIDAK MEMBACA LENGKAP YG KAMI TULIS DI MEDIA AYAM HALAMAN 4-5 INILAH BERITA LENGKAPNYA... MOHON KOREKSI KALAU GAK SESUAI FAKTA, KALAU ADA YG TIDAK BENAR DITULIS TIDAK BENAR ITU MEMANG TUGAS KAMI, YG BENAR DITULIS BENAR JUGA TUGAS KAMI... INILAH TULISAN SELENGKAPNYA...

JUDUL 1 :
Cara Mudah Gelar Kontes Non Judi
Pendekatan dan Kultur Jadi Pertimbangan

Kontes ayam laga non judi kini semakin ramai digelar bahkan di daerah DKI Jakarta bisa tiap bulan, bahkan tidak sampai, namun ada beberapa daerah masih kesulitan, gimana caranya? Mengadakan Latber, Abar, Kopdar atau kontes ayam laga sebenarnya tidaklah sulit, karena sama dengan menggelar acara kontes hobi lainya, hanya saja karena ada pro kontra di masyarakat maka pihak kepolisian yang mengeluarkan ijin mempertimbangkan kultur daerah tersebut dan kuncinya adalah pendekatan.

Arif Witarsa anggota Intelpam Polda Jatim menyarankan, untuk menggelar kontes tentu tidak sulit, asal prosedur yang ada di lalui dengan benar dan dilakukan pendekatan ke semua pihak, termasuk konsultasi ke pihak kepolisian sebelum ijin diajukan dan tokoh-tokoh masyarakata yang ada. “Asal kulturnya memungkinkan dan bisa menjamin tanpa judi, saya kira pihak kepolisian tidak keberatan untuk mengeluarkan ijin,” ujar Arif yang juga hobi ayam laga.
Secara formal untuk ijik kegiatan (keramaian) cukup sederhana, ada pihak atau lembaga yang mengajukan ijin atau penanggung jawab, dengan melampirkan proposal yang didalamnya ada keterangan maksud dan tujuan, peserta, pelaksanaan dan sekup kegiatan serta lampiran ijin lokasi dari pemilik tempat yang akan digunakan.
Pengajuan permohonan ijin harus sesuai sekupnya, jika hanya tingkat kecamatan cukup ke Polsek, kalau lingkupnya se kabupaten atau daerah tingkat II ke Polres, tingkat propinsi ke Polda dan tingkat nasional ke mabes Polri. Untuk memperkuat pengajuan bisa menambahkan rekom dari instansi terkait misalnya dinas peternakan dan pariwisata atau lembaga swadaya masyarakat yang diperlukan.
Kultur tetap jadi pertimbangan, karena jika tidak memungkinkan lingkungan sekitarnya untuk digelarnya kontes ayam laga tentu pihak kepolisian memiliki hak untuk tidak mengeluarkan ijin. Secara umum lingkungan yang memungkinkan untuk kontes ayam laga adalah daerah wisata, jauh dari pemukiman serta masyarakat sekitar tidak fanatik dan cukup beragam. (tej)

JUDUL 2:
Jangan Menantang Arus

Pengalaman beberapa panitia yang gagal menggelar ayam laga bisa dijadikan pelajaran yang cukup berharga, kebanyakan acara mereka yang akhirnya dibubarkan karena faktor ijin belum keluar dan memaksakan kehendak untuk terus menggelar kegiatan, seperti yang terjadi di Gresik awal tahun 2012, panitia cukup arogan ijin belum keluar tetapi acara tetap akan dilaksanakan, bahkan setelah acara digagalkan pihak kepolisian masih saja melakukan tuntutan.
Kegiatan tersebut tidak hanya mengecewakan mereka yang sudah datang termasuk terutama dari Jawa Tengah dan Jakarta, tetapi juga berdampak pada acara serupa di daerah lain khusus di Jawa Timur.
Panitia kontes yang mengundang peserta dari jauh harus konsekwen dan baru mengundang setelah ijin dikantongi, jangan sampai seperti Papaji Jateng yang dipimpin Hendro Tjahyono yang menggelar kontes di Bandungan Semarang (18/3/12), justru meremehkan ijin, karena selama ini sukses menggelar acara di tempat yang sama akhirnya tanpa ijin mereka lakukan, akhirnya ditengah acara berlangsung dibubarkan.
Kondisi ini membuat banyak penghobi kecewa inginnya mereka bisa menarungkan ayamnya dengan tenang akhirnya pulang dengan hari kecewa apalagi saat itu peserta juga datang dari berbagai daerah tidak hanya Jawa Tengah tetapi juga Jawa Timur dan DKI Jakarta. Bahkan pasca pembubaran tidak ada penyelesaian yang baik. Hal serupa terulang ketika ada acara di Bantul (6/5/12), peserta yang sudah datang akhirnya tidak bisa menarungkan jagoanya karena dibubarkan pihak berwajib.
Contoh kasus semacam ini harusnya tidak perlu terulang lagi, mereka yang gagal menggelar kontes bisa intropeksi dan konsultasi pada daerah laian yang sudah mampu menggelar dengan rutin seperti Papaji pusat atau DKI Jakarta, Pal Jatim yang kini berganti nama PPAI. Jangan samapai mengandalkan seseorang yang sanggup menjamin kelangsunga acara tersebut tanpa bukti formal ijin yang dikeluarkan kepolisian. Jika kasus kasus semacam ini terus berulang-ulang maka image ayam laga di masyarakat tetap negative. (tej)


JUDUL 3:
Papaji Jateng Masih Sulit Minta Ijin

Ini dampak dari kegiatan yang dilaksanakan di Bandungan (18/3/12) tanpa ijin yang dibubarkan pihak berwajib atau tidak, Tetapi diakui Hendro Tjahjono ketua Papaji Jateng ketika ditanya seputar kegiatan PAPAJI Jateng, mengaku jika masih ada kesulitan untuk meminta ijin lantaran masih adanya stigma negatif yang melekat pada dunia adu ayam.
Hendro juga menyanyangkan, karna PAPAJI adalah organisai resmi yang terdaftar dan berbadan hukum tapi kadang untuk melakukan kegiatan masih mengalami sedikit kesulitan lantaran pihak berwenang takut akan menimbulkan bentrok dengan ormas tertentu atau kelompok-kelompok Radikal yang masih memandang stigma negatif pada ajang adu ayam tersebut.
“Sebenarnya adu ayam di PAPAJI ini adalah murni Hobi dan hanya mengutamakan seninya, jadi stigma yang selama ini menempel pada adu ayam sangat mengganggu, padahal kita membentuk PAPAJI ini berdasarkan pengalaman agar pehobi ayam yang murni bermain untuk hobi saja, bukan untuk judi. “ jelas Hendro. (git)

SEMOGA DENGAN INI SEMUANYA JELAS KALAU ADA YG DIKLARIFIKASI MONGGO,,, APALAGI BISA JADI BERITA LAGI JUGA SILAKAN TAMBAH BAGUS KARENA SEMUA BISA MENTYAMPAIKAN ASPIRASINYA. MEDIA AYAM SIAP MENAMPUNG INFORMASI TENTANG AYAM LAGA SECARA BENAR DAN SEIMBANG

EPOEL D'JALU wrote:Minta ijin ikutan,,,
Om Hendro dan Om Tejo berteman, mempunyai hoby yg sama masuk dalam komunitas yg sama serta mempunyai tujuan yg hampir2 sama jangan ada percikanlahhh omm
saya ingat pepatah kuno, "HANCURNYA SEBUAH PINTU DITENDANG OLEH ANAK KECIL, BUKAN KARENA ANAK KECIL INI KUAT/SAKTI, TETAPI DISEBABKAN PINTU ITU SENDIRI MENYEDIAKAN DIRI UNTUK DIHANCURKAN"
hehehe kalau om berdua di angap sesepuh papaji jangan menjadi pintu yg rusak ya mending menjadi tukang perawat pintu.
dan sedikit saran untuk sauadara2 pengurus segeralah perbaiki pintu itu.
jangan jadikan paguyuban ini sebagai ajang caci-maki yg ujung2 di manfaatkan orang2 tertentu untuk adu domba dan fithnah...(sayang paguyuban ini sudah sangat besar)...
salam hangat PAPAJI...

herry_milanisti wrote:Rehat dulu..

Aqua aqua... hexos.. nano nano...
Kacang godok... mizon mizon

Hendro wrote:[quote="sutejo rc

Hendro:
Dipenebalan 1 berita 2 : kalau mas hendro melihat panitia waktu arena diblokade polisi, tidak dibubarkan, justru panitia melakukan orasi dan demo. Padahal kegiatan ijin belum ada? Apa namanya? Lalu melakukan tuntutan pihak kepolisian apa yg dicari? Sudah salah nuntut!!!!
Kalau ijin belum keluar meskipun sudah diajukan dengan berbagai alasan dan berani mengundang peserta dari berbagai daerah. Apa kalimat yg tepat selaian meremehkan ijin itu sendiri, apa setelah ada jaminan oknum polisi kegiatan bisa berlangsung sampai selesai… kenyataanya apa di lapangan mereka yg dilapangan berseragam menjaga hanya sebentar ketika ada anggota laian yg tidak berseragam datang justru yg jaga menghilang dan akhirnya dibubarkan.
Coba Tanya dan ini ada 3 orang yg menyampaikan saat turnamen papaji di gelar di Marunda (27/5) mereka mengaku juga belum menerima piagam yg diharapkan… apakah ini sudah termasuk katagori sudah diselesaikan.. padahal sudah berapa lama sejak (18/3).
Kalau saya nilai seorang hendro bukan bodoh tapi pintar, sehingga membenturkan masalah ini ke organisasi bahkan antar organisasi, padahal disebut disitu hanya panitia yg menggelar acara di Bandunga.
Tentang P KK saya tidak bisa berkata karena beliau juga belum membaca isi berita keseluruhan karena di luar negeri, tanggapanya tergantung yang menyampaikan.
Sekali lagi saya tidak ada sentimen pribadi karena tidak ada urusan pribadi.. tapi sekali lagi mohon maaf kalau karena tulisan saya sehingga menyentuh pribadi-pribadi karena itulah kenyataanya yang harus kami sampaikan.

Hendro wrote:

sutejo rc wrote:ADAKAH YG SALAH DENGAN BERITA INI, MOHON BAGI YG TIDAK MEMBACA LENGKAP YG KAMI TULIS DI MEDIA AYAM HALAMAN 4-5 INILAH BERITA LENGKAPNYA... MOHON KOREKSI KALAU GAK SESUAI FAKTA, KALAU ADA YG TIDAK BENAR DITULIS TIDAK BENAR ITU MEMANG TUGAS KAMI, YG BENAR DITULIS BENAR JUGA TUGAS KAMI... INILAH TULISAN SELENGKAPNYA...

panitia cukup arogan ijin belum keluar tetapi acara tetap akan dilaksanakan, bahkan setelah acara digagalkan pihak kepolisian masih saja melakukan tuntutan.
jangan sampai seperti Papaji Jateng yang dipimpin Hendro Tjahyono yang menggelar kontes di Bandungan Semarang (18/3/12), justru meremehkan ijin, karena selama ini sukses menggelar acara di tempat yang sama akhirnya tanpa ijin mereka lakukan, akhirnya ditengah acara berlangsung dibubarkan.
Bahkan pasca pembubaran tidak ada penyelesaian yang baik.

SEMOGA DENGAN INI SEMUANYA JELAS KALAU ADA YG DIKLARIFIKASI MONGGO,,, APALAGI BISA JADI BERITA LAGI JUGA SILAKAN TAMBAH BAGUS KARENA SEMUA BISA MENYAMPAIKAN ASPIRASINYA. MEDIA AYAM SIAP MENAMPUNG INFORMASI TENTANG AYAM LAGA SECARA BENAR DAN SEIMBANG

Contoh kasus latber Bandungan tidak berijin sungguh keliru !!...jelas bahwa saya sudah mengajukan ijin tertulis kepada aparat setempat melalui salah satu anggota polsek setempat, bahwa sampai pada waktu pelaksanaan belum menerima surat ijin tertulis karena personel yang berwenang sedang cuti mudik Waisak dan mengapa kita tetap menggelar acara karena ada jaminan dari anggota, bahkan dikawal anggota berseragam ketika pelaksanaannya.............

bahkan setelah acara digagalkan pihak kepolisian masih saja melakukan tuntutan

Contoh kasus latber Bandungan tidak berijin sungguh keliru !!...jelas bahwa saya sudah mengajukan ijin tertulis kepada aparat setempat melalui salah satu anggota polsek setempat, bahwa sampai pada waktu pelaksanaan belum menerima surat ijin tertulis karena personel yang berwenang sedang cuti mudik Waisak dan mengapa kita tetap menggelar acara karena ada jaminan dari anggota, bahkan dikawal anggota berseragam ketika pelaksanaannya.............

Apakah dgn adanya kegagalan KONTES yg berlangsung tsb mk bisa kita bebankan KESALAHAN-nya ini kpd salah satu anggota polsek setempat karena yang bersangkutan sedang cuti mudik Waisak ???

Apakah karena ada jaminan dari anggota, yang bahkan dikawal anggota berseragam ketika pelaksanaan KONTES itu sdh lbh dr cukup?

Tidak ada penyelesaian yang baik pasca insiden !! ini juga menyesatkan karena panitia sudah berusaha mengembalikan uang pendaftaran bagi peserta yang belum sempat bertanding bahkan ditunggu hingga jam 18.00 sampai semua peserta pulang, juga sudah kita umumkan di forum PAPAJI bagi pemenang, hadiah akan dikompensasikan pada latber berikut serta piagam akan dikirimkan ke alamat pemenang................

alexusila (alexa farm) wrote:

Hendro wrote:

sutejo rc wrote:

Salam Mas Hendro.........
Dengan adanya problem seperti ini alangkah baiknya kita (Organisasi Papaji) dapat mengambil
pelajaran yang sangat berarti . Yaitu masalah persiapan yang matang dan tanggung jawab.
Dalam artian kita ( Papaji ) baik pusat maupun daerah harus dapat bertanggung jawab dalam semua acara yang telah kita buat , baik yang sukses maupun yang kurang sukses, disinilah persiapan yang matang menjadi sebuah kunci yang sangat menentukan. Salam.......

Damai selalu...............