SUDAH SIAPKAH UNTUK MEMBUKTIKAN TEORI CATURANGGA

pak admin,jadi penasaran nih kenapa ayam kecil g boleh dikasi 94..
kenapa?
efeknya apa ke ayamnya?
soalnya ayamku dari umur 2,5bulan ta kasi 94+comfeed+tepung jagung+bekatul+nasi.
tanya lg,menu makan seperti itu bagus ga?
makasi..

puput indrajaya wrote:pak admin,jadi penasaran nih kenapa ayam kecil g boleh dikasi 94..
kenapa?
efeknya apa ke ayamnya?
soalnya ayamku dari umur 2,5bulan ta kasi 94+comfeed+tepung jagung+bekatul+nasi.
tanya lg,menu makan seperti itu bagus ga?
makasi..

594 dibuat khusus ayam petarung dewasa. Kandungan gizinya bukan untuk anak ayam yg sedang dalam pertumbuhan.
Kalau di campur2 bahan lain, ya bisa saja sampai kandungannya memenuhi syarat utk ayam dalam masa pertumbuhan.

Administrator wrote:

astrajingga wrote: Saya lebih suka mengaitkan tebal tipisnya bulu dengan pertumbuhan dan berat badan ayam.Sedangkan kecepatan selain berat,ada banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Tapi sudah menjadi hukum alam,yang lebih berat tentu lembih lamban dari pada yang ringan. Mengenai mental,saya berasumsi bahwa ayam aduan yng ada sekarang dikembangbiakan sejak beratus tahun lalu dengan mengedepankan faktor mental/gamenes yg baik.Tapi bagaimanapun juga ayam terdiri otot dan darah,yang mempunyai rasa sakit.
Menilai ayam secara fisik memang tidak akan mampu memberikan gambaran yg 100% mutlak benar. Tapi setidaknya bisa jadi pedoman, drpd tidak sama sekali.

Saat ini telah masuk ayam2 import dari berbagai negara. Masing2 memiliki ciri khas gaya tarungnya masing2. Belum lagi saling silang antar trah ayam, membuat variasi yg lebih kompleks lagi.

Coba lihat kasus :
- ayam vietnam yg disilang dgn burma. Bulu tipis, body berat, tapi pukulannya sangat cepat.
- Bulu kelabu, dalam kaidah katuranggan versi indonesia konon diberi label kasta yg paling rendah. Tapi jangan coba2 menganggap remeh ayam warna kelabu yg berasal dari vietnam dan thailand.
- Ayam burma tulangannya tipis, tampang ayam kampung. Tapi nyatanya tidak mudah keok dan pantang menyerah.
- dsb.

Ini jadi anti tesis dari kaidah katuranggan yg kita anut selama ini. Tidak selamanya ciri fisik yg kita percayai mencerminkan karakternya.

Lebih cepat dari burma? Seperti yg saya katakan sebelumnya, tebal tipisnya bulu hanya untuk memperkirakan pertumbuhan dan berat badan ayam.Mas admin nggak bisa mengaitkan langsung tebal tipisnya bulu dengan kecepatan pukulan.Karena banyak faktor yng mempengaruhi kecepatan pukulan.Jadi selama faktor lainnya mendukung, kecepatan nggak akan terpengaruh. Tapi yng lebih berat pasti lebih lambat,karena ada gaya gravitasi. Ayam dengan tulangan tebal tahan pukul.Dalam artian ayam dengan tulangan tebal lebih tahan menerima pukulan dengan dampak kerusakan yang minimal di banding dengan ayam yang bertulang tipis.Bukan masalah mudah keok atau tidak. Ayam aduan ( jenis apapun ) di kembangkan dengan mengutamakan sifat tidak mudah menyerah. Jadi mas admin nggak bisa membandingkan ayam burma( yang bertampang kampungan sekalipun) dengan ayam kampung. Tidak selamanya ciri fisik yg kita percayai mencermin. TIDAK SELAMANYA , itu berarti ciri fisik lebih sering mencerminkan karakternya kan bang admin??

astrajingga wrote:Lebih cepat dari burma? Seperti yg saya katakan sebelumnya, tebal tipisnya bulu hanya untuk memperkirakan pertumbuhan dan berat badan ayam.Mas admin nggak bisa mengaitkan langsung tebal tipisnya bulu dengan kecepatan pukulan.Karena banyak faktor yng mempengaruhi kecepatan pukulan.Jadi selama faktor lainnya mendukung, kecepatan nggak akan terpengaruh. Tapi yng lebih berat pasti lebih lambat,karena ada gaya gravitasi.

Secara umum, sy setuju bahwa lebih tebal bulu, lebih ringan badan, maka pukulan lebih cepat. Ini teorinya. Tapi tidak selamanya demikian.
Kita bandingkan saja antara 2 ekor ayam :
Vietnam cross burma, dgn bangkok. Beratnya sama, tipis bulunya sama.
Vietnam-burma akan lebih cepat dalam memukul krn faktor naluri/karakter yg dibawa oleh trahnya.

astrajingga wrote:Ayam dengan tulangan tebal tahan pukul.Dalam artian ayam dengan tulangan tebal lebih tahan menerima pukulan dengan dampak kerusakan yang minimal di banding dengan ayam yang bertulang tipis.Bukan masalah mudah keok atau tidak.

setuju.

astrajingga wrote:Ayam aduan ( jenis apapun ) di kembangkan dengan mengutamakan sifat tidak mudah menyerah. Jadi mas admin nggak bisa membandingkan ayam burma( yang bertampang kampungan sekalipun) dengan ayam kampung. Tidak selamanya ciri fisik yg kita percayai mencermin. TIDAK SELAMANYA , itu berarti ciri fisik lebih sering mencerminkan karakternya kan bang admin??

Maksud sy begini... Bisakah kita mengidentifikasi sifat mental hanya melalui fisiknya saja?
Ayam kampung dan ayam burma memiliki ciri fisik yg sangat mirip.
Tapi ayam burma memiliki mental yg lebih baik ketimbang ayam kampung.
Disini terlihat bahwa ciri fisik dalam banyak hal tidak bisa dijadikan patokan mental bagus/jelek.

Masqlqh hal ini dianggap klenik dsbnya, itulah bangsa kita...sampai saat ini kita masih merupakan bangsa plagiat yg plg hebat, kita peniru hebat yg melebihi pemiliknya yg asli. Bila kita meniru orang barat kita akan menuntut liberalisme yg berlebihan, bila meniru bangsa arab kita merasa lebih dari bangsa arab, begitu pula bila kita meniru bgsa komunis kita lebih ekstrim dr pd bangsa asalnt...

Intinya sampai saat ini kita masih krisis mental, budaya, dan ilmu pengetahuan krn kita bangsa plagiat...(mhn Maaf), dalam dunia breeding ayampun kita akan sll ketinggalan bila tidak ada budaya untuk belajar dan berubah, salam.[/quote] Kalau soal jadi peniru saya rasa nggak jadi masalah kok mas.Bisa jadi hal positif kalau itu dikembangkan.Sebagai contoh nenek moyang kita meniru dan mengembangkan cerita mahabrata dan ramayana jadi kesenian wayang,barongsai jadi kesenian barong di bali. Yang jadi masalah ialah generasi kita sekarang ini merasa malu dengan budaya sendiri dan menganggap budaya sendiri sudah kuno,mengandung klenik,mitos dsbnya.Sedangkan apa yang dilakukan orang asing di anggap ilmiah.Padahal yg di lakukan sama seperti nenek moyang kita,yaitu sekedar pengamatan. Betul mas,kita mengalami krisis mental yang parah sekali.Dengan mental seperti ini,kita hanya menjadi target pasar dari bangsa lain.Untuk soal hoby,tidak ada yg melebihi org indonesia dlm menghamburkan uangnya.Mulai dari perkutut bangkok,ikan louhan,sampai ayam bangkok

Bang Astrajingga, itulah yg saya maksud,...sudah lama kita menjadi mangsa empuk para pemasok produk asing dan anehnya dengan mudahnya kita menerima begitu saja tanpa daya untuk melakukan perubahan.

Kembali pada dunia perayaman, telah sekian ratus tahun nenek moyang kita telah melakukan penelitian terhadap ayam aduan (walaupun dengan metode yg paling dasar) sehingga tertulislah teori katuranggan berbagai versi yg pada saat ini dianggap masih jauh dari kevalid an. Nenek moyang kita mencoba merumuskan berdasarkan pengamatan dan pengalaman ttg ciri2 ayam aduan yang baik, pengaruh ayam aduan terhadap keberuntungan pemiliknya, dsbnya. Bahkan hari,waktu pun dihitung. Jika pada saat ini dianggap tidak valid, hal ini bisa saja terjadi karena obyek yg diteliti berbeda (ras ayam beda), tujuan yg berbeda dan kondisi sosial yg berbeda (selera dsbnya), sehingga terjadi pergeseran atau penjelasan scr ilmiah belum ditemukan karena belum pernah ada penelitiannya (hal ini juga berlaku pada ilmu yg berasal dari dunia barat yg dianggap ilmiah). Sebagai contoh adalah jenis2 penyakit baru. Benarkah penyakit tersebut jenis baru/ Ataukah sudah lama ada namun belum punya nama karena belum diteliti? Contoh lain: pada saat ini ada informasi untuk tidak memvaksin ayam padahal dulu orang sangat dianjurkan, kenapa? ilmu pengetahuan selalu berkembang, perbedaan pendapat dan pandanganlah sebagai modalnya. Oleh karena itu jangan lah kita mengabaikan sesuatu yg lama sebelum kita menciptakan sesuatu yg baru, hanya dengan sikap itulah kita akan bisa terus melangkah maju.

Tentang katuranggan, mau dan mampukah kita menyempurnakannya atau kita biarkan saja, kembali berpulang pada kita sebagai penerus dan pewarisnya. Begitu pula nasib seni dan budaya yg telah diwariskan kepada kita.

Kepada rekan2 breeder yg tanpa kenal lelah terus meramu untuk menciptakan tipe ayam petarung yg baru dan kreatif, salut kepada rekan2 sekalian. Mohon maaf bila salah.Nuwun.

Bila katuranggan dipandang sebagai budaya warisan leluhur, silakan dilestarikan.
Tapi kalau katuranggan dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tidak ada salahnya kita menyempurnakan dgn ilmu pengetahuan yg baru demi kemajuan.

Administrator wrote:

Ricci wrote:

opik_98 wrote:
untuk tulangan yg tebal memang pakannya harus pakai apa mas

memang turunan diatasnya punya tulang tebal mas biasanya, walwpun salalh satu keturunannya ada yg tulang tipis, biasanya kasih kalk, pur 591 klw masih muda 594 jika sdh 4 bln keatas

mhn koreksi jika salah ya om.......

Utk tulangan tebal harus pakan yg mengandung kalsium, fosfor dan mineral lain.

@ricci :
594 adlh makanan khusus ayam petarung dewasa (rawat adu). Bukan utk ayam masa pertumbuhan.

Administrator wrote:Bila katuranggan dipandang sebagai budaya warisan leluhur, silakan dilestarikan.
Tapi kalau katuranggan dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tidak ada salahnya kita menyempurnakan dgn ilmu pengetahuan yg baru demi kemajuan.

Sangat setuju bang Admin

SIAP BANG JAJA...
OK

cepot wrote:

ari delta wrote:4 hal itu apa aja Mas??
Mungkin sebenarnya itulah yang harus jadi pedoman dasar memilih ayam ideal...

1. kepala
2. body
3. bulu
4. kaki

Nah..! walaupun bicara rohani..Catur Rangga kalau sudah dijelaskan seperti ini, sudah termasuk logis, selama ini kita kan ga tau dari kitab primbon mana tuh Caturangga. kalau sudah didescribe spt ini oleh kang Cepot , kita harus kembali ke kearifan lokal masa lalu . so ingat Jas Merah (Jangan sekali2 melupakan sejarah )

astrajingga wrote:Masqlqh hal ini dianggap klenik dsbnya, itulah bangsa kita...sampai saat ini kita masih merupakan bangsa plagiat yg plg hebat, kita peniru hebat yg melebihi pemiliknya yg asli. Bila kita meniru orang barat kita akan menuntut liberalisme yg berlebihan, bila meniru bangsa arab kita merasa lebih dari bangsa arab, begitu pula bila kita meniru bgsa komunis kita lebih ekstrim dr pd bangsa asalnt...

Intinya sampai saat ini kita masih krisis mental, budaya, dan ilmu pengetahuan krn kita bangsa plagiat...(mhn Maaf), dalam dunia breeding ayampun kita akan sll ketinggalan bila tidak ada budaya untuk belajar dan berubah, salam.

Kalau soal jadi peniru saya rasa nggak jadi masalah kok mas.Bisa jadi hal positif kalau itu dikembangkan.Sebagai contoh nenek moyang kita meniru dan mengembangkan cerita mahabrata dan ramayana jadi kesenian wayang,barongsai jadi kesenian barong di bali. Yang jadi masalah ialah generasi kita sekarang ini merasa malu dengan budaya sendiri dan menganggap budaya sendiri sudah kuno,mengandung klenik,mitos dsbnya.Sedangkan apa yang dilakukan orang asing di anggap ilmiah.Padahal yg di lakukan sama seperti nenek moyang kita,yaitu sekedar pengamatan. Betul mas,kita mengalami krisis mental yang parah sekali.Dengan mental seperti ini,kita hanya menjadi target pasar dari bangsa lain.Untuk soal hoby,tidak ada yg melebihi org indonesia dlm menghamburkan uangnya.Mulai dari perkutut bangkok,ikan louhan,sampai ayam bangkok [/quote]

Kalau perhatikan ukiran2 tembok di Borobudur kalau ga salah ada yg sdg nyabung ayam? berarti catur rangga sudah sjk jaman nenek moyang tercatat ya? Luar biasa bangsa kita. hidu PAPARAJI Jogya...!!! hehehe...

KATURANGAN NGAK PENTING
yang penting kerjanya bos,buat apa itu katuuuurannggan klau kerjanya jelekkkkkkk........

terimakasih senior ats ilmunya

salam kenal dari nubie

Administrator wrote:Bila katuranggan dipandang sebagai budaya warisan leluhur, silakan dilestarikan.
Tapi kalau katuranggan dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tidak ada salahnya kita menyempurnakan dgn ilmu pengetahuan yg baru demi kemajuan.

Sangat Setuju Sekali Bang Admin...

anggafarm wrote:KATURANGAN NGAK PENTING
yang penting kerjanya bos,buat apa itu katuuuurannggan klau kerjanya jelekkkkkkk........

bagi yang ngga hoby ngadu PENTING BANGET ,..kalo katurangan ok kerjanya ok kan maknyus dah senengnya

Administrator wrote:Bila katuranggan dipandang sebagai budaya warisan leluhur, silakan dilestarikan.
Tapi kalau katuranggan dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tidak ada salahnya kita menyempurnakan dgn ilmu pengetahuan yg baru demi kemajuan.

kalo menurut saya katurangan itu adalah warisan leluhur tentang ilmu perayaman yg mungkin melalui pengalaman dan pengamatan yg lama dan saya sangat salut pada tokoh leluhur yg telah membuat katurangan hingga menjadi acuan dalam dunia ayam aduan..tapi yg harus diingat bahwa katurangan itu berdasarkan pengamatan dan penglaman leluhur jaman dulu yg mungkin saja sudah agak berbeda dg kondisi perayaman sekarang..dan saya berharap ada tokoh jaman sekarang yg bisa menambah atau bahkan menyempurnakan tentang katurangan yg telah ada sehingga relevan untuk dijadikan acuan ayam aduan masa kini...
(maaf kalo ada yg salah)

Modesto wrote:Saya lagi nungguin bang Lost Champ masuk ke sini
ayo bang Lost Champ, turunkan semua ilmu katurangganmu di sini!!!

sorry telat ngerespon

katuranggan/caturangga menurut saya penting

lah wong d sono aja tempat aslinya ayam bangkok masih megang pakem ini kok
tapi jangan terkecoh

alasan katuranggan juga biasa d bisikan para pembeli agar barang dagangannya laku

be wise if you wanna decide something

Administrator wrote:Bila katuranggan dipandang sebagai budaya warisan leluhur, silakan dilestarikan.
Tapi kalau katuranggan dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tidak ada salahnya kita menyempurnakan dgn ilmu pengetahuan yg baru demi kemajuan.

Nah lho...semua pada ngluarin dalil sendiri2, hehehe... klo urusan nya gni memang harus diuji ilmiah bener gak? biar jawaban dari semua ini tidak "KEMBALI PADA PRIBADI MASING-MASING"

Ijin nyimak aja deh, pemula mau ngambil ilmu dari tulisan2 sesepuh

pampam wrote:

Administrator wrote:Bila katuranggan dipandang sebagai budaya warisan leluhur, silakan dilestarikan.
Tapi kalau katuranggan dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tidak ada salahnya kita menyempurnakan dgn ilmu pengetahuan yg baru demi kemajuan.

Nah lho...semua pada ngluarin dalil sendiri2, hehehe... klo urusan nya gni memang harus diuji ilmiah bener gak? biar jawaban dari semua ini tidak "KEMBALI PADA PRIBADI MASING-MASING"

Betul mas,kalau perlu di seminarkan. Sekali sekali PAPAJI perlu menggelar seminar,jangan cuma LATBER dan KONTES aja

cepot wrote:Untuk rekan2 papaji seluruh indonesia yang suka ayam aduan, dalam dunia ayam adu ada istilah caturangga yang merupakan warisan para leluhur yg di jadikan patokan untuk memilih ayam oleh sebagian peng hoby namun kebanyakan orang tdk mempercayai istilah caturangga mereka menyebutnya mitoslah, mistiklah dan ini-itu.

dengan adanya perbedaan pendapat itu sudah siapkah untuk membuktikan setiap kata yang dikeluarkan tentang caturangga atau kata sanggahan, yang saya pertanyakan pada rekan2 smua apakah siap untuk membuktikan dengan membuat penelitian...




NB: saya termasuk yg percaya caturangga, untuk mempertanggung jawabkan perkataan saya soal soal kosa kata "caturangga" knapa bkan katurangga istilah caturangga diambil dari bahasa jawa kuno yang terdiri dari 2 kata yaitu "catur"dan"rangga" yg berarti catur= 4 rangga=badan/fisik
jadi caturannga= empat hal yg terdapat pada fisik/badan. Salam kompak selalu

saya juga percaya bang soal ayam katurangga.saya punya ayam yang sisik kaki blakang pecah kanan kiri.tidak ada jalu.setiap abar pasti ashor.malahan setiap mukul badanya slalu jatuh sampai bunyi buk.tapi lawan lawanya slalu dibikin keok kurang dari 3airan

saya termasuk tidak percaya catur rangga atau katur rangga, ibarat hantu, hampir setiap orang membicarakanya tapi amat sangat sedikit yang menjumpainya, sifat pelaku ayam aduan bila ayamnya menang selalu dicari cari kelebihan dan keanehannya ayam tersebut. secara logis sulit dibuktikan say pernah punya ayam telih kiri, batu rantai, suro pengantin, tidur ynembah bumi sampai minyakannya ada 3 buah...yang penting kerjanya didukung oleh bibit, rawatan, dan tandingan....maaf beda ..pisss

kalo sy percaya dengan " CATURANGGA " tapi itu bukan sebagai pedoman awal dalam mencari ayam yg baik pada khususnya...

Pedoman awal saya, cukup melihat bibit, Bebet dan Bobotnya ayam tsbt...,
maksudnya ?? yaitu harus jelas turunan dari mana (pacek dan induknya), tulangan / fisik / ules bagaimana dan pasti cara kerja seperti apa....

nah setelah itu baru bonusnya terakhir melihat "caturangga"....

Salam....

kalau saya...
saya lihat/pandangan mata pertama kali.... tertarik ? Y/N

Y...
lanjut cek fisik, all ini termasuk katuranggan,... sak ngerti-ngertine...
cocok semua termasuk harga ? Y/N

Y...
bungkus...

urusan maen/kerjanya, gimana nanti...
yg penting kita beli dan kita seneng dgn tu ayam....
sori No (T)... ada lagunya tuhhh...