SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
+19
kicksawunk
gubug
upasara
mr.plinstone
zhembrawhoetz
AyamUruk
zeus
norakLo
hand
akikeren
amrogen
alang
pacita
savvo
danks
Yuri_GG
jaymustf
Hendro
jaghana
23 posters
Halaman 1 dari 3
Halaman 1 dari 3 • 1, 2, 3
SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
KOKOK ayam jantan pagi itu tak terdengar. Cengkerik juga tak sempat memperdengarkan
musik akhir. Bahkan tetesan embun belum sepenuhnya mengental, ketika tiga ekor kuda melintas
dengan tergesa. Suasana desa yang tenteram, hutan rimbun yang sunyi berubah serentak
dengan suara bising. Tapak kuda menderap makin cepat dan rapat menyatu dengan dengusan
napas kuda kelelahan. Ketiga penunggang kuda itu pun kalau diperhatikan cermat, sudah basah
kuyup oleh keringat.
Robeknya alam pagi yang damai, seakan menandai terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa
yang berbeda dari sebelumnya—setidaknya puluhan tahun terakhir ini. Jalan setapak di desa
tanpa, nama itu tak pernah terusik apa-apa. Bahkan sangat jarang sekali terdengar langkah kaki
manusia. Binatang pun hanya sesekali, pada malam hari.
Akan tetapi sekali, kali ini, dipecahkan oleh rombongan tiga ekor kuda yang tergesa.
Sampai di ujung jalan, mereka tak bisa sejajar lagi. Terpaksa berurutan karena jalan terhalang
dahan, ranting, dan pohon tumbang. Dari bawah menguap bau tanah. Angin sangat bersih.
Menyeberangi sungai kecil yang airnya dangkal, ketiga penunggang kuda itu kemudian
memacu lagi. Kalau saja di sepanjang jalan itu ada rumah, pastilah penghuninya terheran-heran.
Suatu pemandangan aneh dan baru; tiga ekor kuda perkasa melintas tergesa. Bau tubuh
mereka seakan asing untuk suasana sekitar yang sepenuhnya berbau daun dan tumbuh-tumbuhan.
"Benarkah ini jalannya?" tanya salah seorang penunggang kuda yang nampaknya paling
muda. Namun dari nada bicaranya kentara sekali ia yang menjadi pemimpin. Setidaknya yang
paling dihormati. Bukan karena wajahnya yang bersih—yang membedakannya dari kedua penunggang
yang lain, juga bukan karena alis matanya yang tebal dengan sorot mata memerintah,
akan tetapi terutama sekali dari sikap hormat yang diajak bicara.
"Benar, Raden Mas. Tak ada yang berubah sejak lima belas tahun lalu hamba lewat di
sini."
musik akhir. Bahkan tetesan embun belum sepenuhnya mengental, ketika tiga ekor kuda melintas
dengan tergesa. Suasana desa yang tenteram, hutan rimbun yang sunyi berubah serentak
dengan suara bising. Tapak kuda menderap makin cepat dan rapat menyatu dengan dengusan
napas kuda kelelahan. Ketiga penunggang kuda itu pun kalau diperhatikan cermat, sudah basah
kuyup oleh keringat.
Robeknya alam pagi yang damai, seakan menandai terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa
yang berbeda dari sebelumnya—setidaknya puluhan tahun terakhir ini. Jalan setapak di desa
tanpa, nama itu tak pernah terusik apa-apa. Bahkan sangat jarang sekali terdengar langkah kaki
manusia. Binatang pun hanya sesekali, pada malam hari.
Akan tetapi sekali, kali ini, dipecahkan oleh rombongan tiga ekor kuda yang tergesa.
Sampai di ujung jalan, mereka tak bisa sejajar lagi. Terpaksa berurutan karena jalan terhalang
dahan, ranting, dan pohon tumbang. Dari bawah menguap bau tanah. Angin sangat bersih.
Menyeberangi sungai kecil yang airnya dangkal, ketiga penunggang kuda itu kemudian
memacu lagi. Kalau saja di sepanjang jalan itu ada rumah, pastilah penghuninya terheran-heran.
Suatu pemandangan aneh dan baru; tiga ekor kuda perkasa melintas tergesa. Bau tubuh
mereka seakan asing untuk suasana sekitar yang sepenuhnya berbau daun dan tumbuh-tumbuhan.
"Benarkah ini jalannya?" tanya salah seorang penunggang kuda yang nampaknya paling
muda. Namun dari nada bicaranya kentara sekali ia yang menjadi pemimpin. Setidaknya yang
paling dihormati. Bukan karena wajahnya yang bersih—yang membedakannya dari kedua penunggang
yang lain, juga bukan karena alis matanya yang tebal dengan sorot mata memerintah,
akan tetapi terutama sekali dari sikap hormat yang diajak bicara.
"Benar, Raden Mas. Tak ada yang berubah sejak lima belas tahun lalu hamba lewat di
sini."
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Sederhana tapi penuh makna.....bagi yang kurang wapada akan sulit menerka kemana arahnya tapi bagi yang dewasa akan mudah menggapainya....ke...ke...ke....
Hendro- moderator
- Jumlah posting : 7357
Join date : 06.08.09
Age : 55
Lokasi : Semarang
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
wah ini enak dibaca sambil dengerin gendingan jowo.......kekeke
https://www.youtube.com/watch?v=6WxTyM_2B14
ademmmmmmmm....kekeke
https://www.youtube.com/watch?v=6WxTyM_2B14
ademmmmmmmm....kekeke
jaymustf- Kolonel
- Jumlah posting : 992
Join date : 03.01.10
Age : 41
Lokasi : banjarsari bojonegoro 085240515154
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Hmmmm......somewhere in some place...,
Yuri_GG- Jendral
- Jumlah posting : 1749
Join date : 21.01.11
Age : 35
Lokasi : Kediri (Jatim) -Semarang(Jateng) 082221222148
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Aduuh jang jang.. jang Jaghana ulah ngalilieur kolot
naon ieu teh hartosnya Yi...
naon ieu teh hartosnya Yi...
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Upa...sara.....
savvo- Kapten
- Jumlah posting : 320
Join date : 22.08.09
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Yang menjawab adalah seorang lelaki bertubuh gempal, gagah dengan kumis tebal. Sikapnya
amat sangat menghormat. Dan sekelebatan saja ketahuan bahwa jawaban ini keluar
dari orang yang mempunyai ilmu.
Setidaknya dari caranya menunggang kuda yang seakan sama sekali tak menambah berat
tunggangannya. Dibanding dengan bentuk tubuhnya, gerakannya sangat enteng. Bahkan
ketika meloncat turun untuk memeriksa rumput dan kemudian meloncat kembali ke punggung
kuda, dengan satu gerakan tak terputus, menegaskan sesuatu yang disembunyikan dengan sikapnya
yang merendah.
Sebaliknya, penunggang ketiga yang berwajah sangat pucat—sedemikian pucatnya sehingga
kalau saja ia berhenti di air sungai dan mandi, tak akan kelihatan lagi. Menyatu dengan
warna air.
Kehadirannya hanya ditandai dengan nampak gedombrangan. Kain yang dikenakan
longgar di sana-sini. Nampaknya pemakainya tak peduli sama sekali. Juga tidak pada suasana
sekitar. Pandangannya lurus ke arah belukar. Seakan ia sudah memperhitungkan dua tindak
yang akan dilalui. Atau seperti tak memperhitungkan apa-apa. Hanya mereka yang lama berkecimpung
dalam dunia silat bisa melihat sesuatu yang luar biasa dari penunggang ketiga ini.
Dari cara mengatur napasnya kelihatan bahwa simpanan tenaga dalamnya luar biasa. Dibandingkan
dua penunggang kuda yang lain, si wajah pucat ini nampak tetap segar. Berkuda sepanjang malam tanpa henti sama sekali tak mempengaruhi tarikan dan embusan napasnya.
Bahkan juga tidak membuat kulitnya berubah warna."Kalau begitu kita sudah sampai," kata penunggang kuda yang dipanggil Raden Mas.
amat sangat menghormat. Dan sekelebatan saja ketahuan bahwa jawaban ini keluar
dari orang yang mempunyai ilmu.
Setidaknya dari caranya menunggang kuda yang seakan sama sekali tak menambah berat
tunggangannya. Dibanding dengan bentuk tubuhnya, gerakannya sangat enteng. Bahkan
ketika meloncat turun untuk memeriksa rumput dan kemudian meloncat kembali ke punggung
kuda, dengan satu gerakan tak terputus, menegaskan sesuatu yang disembunyikan dengan sikapnya
yang merendah.
Sebaliknya, penunggang ketiga yang berwajah sangat pucat—sedemikian pucatnya sehingga
kalau saja ia berhenti di air sungai dan mandi, tak akan kelihatan lagi. Menyatu dengan
warna air.
Kehadirannya hanya ditandai dengan nampak gedombrangan. Kain yang dikenakan
longgar di sana-sini. Nampaknya pemakainya tak peduli sama sekali. Juga tidak pada suasana
sekitar. Pandangannya lurus ke arah belukar. Seakan ia sudah memperhitungkan dua tindak
yang akan dilalui. Atau seperti tak memperhitungkan apa-apa. Hanya mereka yang lama berkecimpung
dalam dunia silat bisa melihat sesuatu yang luar biasa dari penunggang ketiga ini.
Dari cara mengatur napasnya kelihatan bahwa simpanan tenaga dalamnya luar biasa. Dibandingkan
dua penunggang kuda yang lain, si wajah pucat ini nampak tetap segar. Berkuda sepanjang malam tanpa henti sama sekali tak mempengaruhi tarikan dan embusan napasnya.
Bahkan juga tidak membuat kulitnya berubah warna."Kalau begitu kita sudah sampai," kata penunggang kuda yang dipanggil Raden Mas.
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Semakin terbaca kemana arahnya.....jangan lupakan " tepukan satu tangan ".......
Hendro- moderator
- Jumlah posting : 7357
Join date : 06.08.09
Age : 55
Lokasi : Semarang
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Makin komplit aja nih papaji. Ada cerita bersambungnya segala......... sebentar lagi pasti ada komiknya, novel, trus sinetron sekalian bikin layar lebar...........akkkkaaakkk
pacita- Kolonel
- Jumlah posting : 768
Join date : 25.10.10
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Ini yg nulis Mas Arswendo Atmowiloto, seorang penulis besar yang Indonesia miliki. Jgn heran kalo tulisannya sangat padat, dalam dan sangat kontemplatif. Beliau bukan penulis sembarangan, melainkan sdh masuk dalam jajaran penulis kelas atas negeri ini.
Btw, di papaji ada kerabat dekatnya. Kalo liat wajahnya, beliau mirip sekali dg peulis besar Arswendo. Sy malah yakin beliau ini adiknya atau sepupunya. Beliau jg seorang jurnalis senior.
Anda tau siapa? Beliau adalah Mas Taviv, kita lbh mengenalnya sbg Akikeren. Coba saja tanya yg bersangkutan kalo tdk percaya.
Salam.
Btw, di papaji ada kerabat dekatnya. Kalo liat wajahnya, beliau mirip sekali dg peulis besar Arswendo. Sy malah yakin beliau ini adiknya atau sepupunya. Beliau jg seorang jurnalis senior.
Anda tau siapa? Beliau adalah Mas Taviv, kita lbh mengenalnya sbg Akikeren. Coba saja tanya yg bersangkutan kalo tdk percaya.
Salam.
alang- Kolonel
- Jumlah posting : 992
Join date : 28.07.09
Age : 51
Lokasi : Ciputat, Tangerang
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
mana lagi sambungan-nya kangmas?
jadi gantungbaca-eun nih!
kekeke
jadi gantungbaca-eun nih!
kekeke
amrogen- Jendral
- Jumlah posting : 1276
Join date : 12.09.08
Lokasi : Klarifornia, Karawang West Java
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
"Tapi tak ada apa-apa. Hmmm, mengherankan juga. Nama besar Nirada Manggala selama
ini hanya kabar murahan saja. Percuma memakai nama Perguruan Awan kalau di markasnya
tak ada apa-apanya. Tidak juga sepotong batu untuk duduk, selembar daun untuk berteduh,
dan secangkir teh untuk menyambut tetamu."
"Maaf, Raden Mas," suara si penunggang kuda kedua nampak sangat berhati-hati. Dari
nadanya terasakan kekuatiran tetapi juga teguran. Kekuatiran akan suasana yang bisa mendadak
berubah. Sebagai orang yang pernah mengenal dekat Nirada Manggala, ia tahu persis bagaimana
perguruan ini bukan perguruan yang bisa dikatai seenaknya. Nama besarnya juga bukan
nama kosong belaka. Kalau nama sekadar nama, mereka tak akan datang kemari. Nada
teguran lembut, karena walaupun, memegang jabatan yang penting, ia tak bisa begitu saja
melarang atau mempengaruhi junjungan yang dipanggil Raden Mas.
"...memang beginilah hidup mereka."
"Seharusnya mereka tahu kita kemari. Bukan begitu, Pamanda Pandu ?"
Si muka pucat yang ditanyai sama sekali tak bereaksi.
"Ini sudah keterlaluan. Saya bisa memerintahkan agar hutan ini dibakar habis!"
Mendadak saja, sebelum ucapannya selesai, ia merasa ada yang menepuk pundaknya.
Dan sebelum bisa mengerti apa yang terjadi, kuda yang ditungganginya sempoyongan. Dengan
sigap ia meloncat turun, dan langsung pasang kuda-kuda. Semuanya terjadinya dalam
sekejap. Penunggang kuda yang berwajah pucat yang dipanggil Pamanda Pandu sudah turun
di samping kudanya. Sementara si kumis juga sudah meloncat enteng. Begitu kakinya menginjak
rumput, punggungnya menekuk dengan sikap hormat.
"Kami utusan dan Keraton ingin bertemu dengan Eyang Sepuh yang terhormat. Nama
saya Wilanda, bekas murid Nirada juga. Saya datang bersama Raden Mas Upasara Wulung,
dengan Ngabehi Pandu. Kami datang menghaturkan sembah bekti kepada Eyang Sepuh dan
membawa berita dari Keraton."
ini hanya kabar murahan saja. Percuma memakai nama Perguruan Awan kalau di markasnya
tak ada apa-apanya. Tidak juga sepotong batu untuk duduk, selembar daun untuk berteduh,
dan secangkir teh untuk menyambut tetamu."
"Maaf, Raden Mas," suara si penunggang kuda kedua nampak sangat berhati-hati. Dari
nadanya terasakan kekuatiran tetapi juga teguran. Kekuatiran akan suasana yang bisa mendadak
berubah. Sebagai orang yang pernah mengenal dekat Nirada Manggala, ia tahu persis bagaimana
perguruan ini bukan perguruan yang bisa dikatai seenaknya. Nama besarnya juga bukan
nama kosong belaka. Kalau nama sekadar nama, mereka tak akan datang kemari. Nada
teguran lembut, karena walaupun, memegang jabatan yang penting, ia tak bisa begitu saja
melarang atau mempengaruhi junjungan yang dipanggil Raden Mas.
"...memang beginilah hidup mereka."
"Seharusnya mereka tahu kita kemari. Bukan begitu, Pamanda Pandu ?"
Si muka pucat yang ditanyai sama sekali tak bereaksi.
"Ini sudah keterlaluan. Saya bisa memerintahkan agar hutan ini dibakar habis!"
Mendadak saja, sebelum ucapannya selesai, ia merasa ada yang menepuk pundaknya.
Dan sebelum bisa mengerti apa yang terjadi, kuda yang ditungganginya sempoyongan. Dengan
sigap ia meloncat turun, dan langsung pasang kuda-kuda. Semuanya terjadinya dalam
sekejap. Penunggang kuda yang berwajah pucat yang dipanggil Pamanda Pandu sudah turun
di samping kudanya. Sementara si kumis juga sudah meloncat enteng. Begitu kakinya menginjak
rumput, punggungnya menekuk dengan sikap hormat.
"Kami utusan dan Keraton ingin bertemu dengan Eyang Sepuh yang terhormat. Nama
saya Wilanda, bekas murid Nirada juga. Saya datang bersama Raden Mas Upasara Wulung,
dengan Ngabehi Pandu. Kami datang menghaturkan sembah bekti kepada Eyang Sepuh dan
membawa berita dari Keraton."
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
alang wrote:Ini yg nulis Mas Arswendo Atmowiloto, seorang penulis besar yang Indonesia miliki. Jgn heran kalo tulisannya sangat padat, dalam dan sangat kontemplatif. Beliau bukan penulis sembarangan, melainkan sdh masuk dalam jajaran penulis kelas atas negeri ini.
Btw, di papaji ada kerabat dekatnya. Kalo liat wajahnya, beliau mirip sekali dg peulis besar Arswendo. Sy malah yakin beliau ini adiknya atau sepupunya. Beliau jg seorang jurnalis senior.
Anda tau siapa? Beliau adalah Mas Taviv, kita lbh mengenalnya sbg Akikeren. Coba saja tanya yg bersangkutan kalo tdk percaya.
Salam.
kebetulan beliau oom saya, kang diat. he he he....
akikeren- Sersan
- Jumlah posting : 109
Join date : 28.07.09
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Cerita ini kl di teruskan dengan cara seperti ini ( 2 halaman setiap 3 hari) akan memakan waktu 2 tahunan bahkan lebih............... karena ebooknya aja tebel banget........
isinya dalem banget, karena saya oot harus 2 kali baca br tau arti sebenarnya......
isinya dalem banget, karena saya oot harus 2 kali baca br tau arti sebenarnya......
pacita- Kolonel
- Jumlah posting : 768
Join date : 25.10.10
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Walah...omnya mas taviv toh....sy kira kakaknya loh mas...soalnya wajahnya mirip bgt. Hehehe.akikeren wrote:kebetulan beliau oom saya, kang diat. he he he....
Salam hormat buat beliau mas, dari penggemarnya....hehehehe.
alang- Kolonel
- Jumlah posting : 992
Join date : 28.07.09
Age : 51
Lokasi : Ciputat, Tangerang
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Upasara serasa tak percaya pada apa yang masuk di telinga. Ini hebat! Wilanda bukan
prajurit sembarangan. Ia satu-satunya yang terpilih menyertai ke Perguruan Nirada ini di antara
sekian puluh pemimpin pasukan yang lain. Ilmunya juga di atas rata-rata yang terpilih.
Bahkan dalam kecepatan bergerak rasanya hanya satu-dua yang bisa menandinginya. Nama
Wilanda adalah gelar kehormatan karena gerak meringankan tubuhnya bagai seekor capung.
Yang sanggup hinggap di tangkai tanpa menggoyang ranting. Namanya itu sendiri adalah anugerah,
dari wilala yang artinya capung. Maka cukup membuat Upasara agak bengong melihat
Wilanda merendahkan diri.
Dalam sekejap saja Wilanda sudah menjelaskan semua. Bahkan secara langsung sudah
menyebut-nyebut sebagai utusan resmi dan Keraton. Meskipun Upasara baru menginjak usia
dua puluh tahun, pengalamannya boleh dikatakan segudang. Ia mendengar nama Perguruan
Nirada yang banyak disebut-sebut. Namun itu semua bukan berarti harus menghormat dengan
cara seperti itu. Dan sebenarnya yang lebih mengherankan lagi ialah Ngabehi Pandu pun turut
turun dari kudanya.
Selama ini Upasara mengenal pamannya sebagai seorang tokoh yang bergeming oleh
gempa, tak terusik oleh badai. Di Keraton, tokoh ini boleh dikata tak peduli apa-apa. Bahkan
upacara sowan kepada Baginda Raja pun tak dilakukan. Ia lebih suka menyembunyikan diri di gua pertapaannya, dan secara terus-menerus berlatih ilmunya. Paling sebentar hanya keluar
dan ruangan semadinya seratus hari sekali. Itu pun sekadar menemui Upasara untuk melihatnya
berlatih silat.
Upasara boleh dikatakan beruntung karena ia satu-satunya yang diajari secara langsung.
Ia satu-satunya murid yang menerima ajaran dari Ngabehi Pandu. Ini saja sebenarnya sudah
membuat Upasara bisa malang-melintang di Keraton. Ia merasa sedikit saja yang bisa menandinginya.
Dan puncak kekagumannya memang pada Ngabehi Pandu, yang menurut perhitungannya
orang yang paling sakti. kalau tokoh yang dikagumi sampai perlu turun dan kudanya,
itu pasti bukan basa-basi belaka. Ngabehi Pandu bukan orang yang bisa dan biasa berpura-pura.
Ataukah mereka berdua juga "dipaksa" turun dari punggung kuda. Seperti dirinya? Tak
mungkin hal itu terjadi.
prajurit sembarangan. Ia satu-satunya yang terpilih menyertai ke Perguruan Nirada ini di antara
sekian puluh pemimpin pasukan yang lain. Ilmunya juga di atas rata-rata yang terpilih.
Bahkan dalam kecepatan bergerak rasanya hanya satu-dua yang bisa menandinginya. Nama
Wilanda adalah gelar kehormatan karena gerak meringankan tubuhnya bagai seekor capung.
Yang sanggup hinggap di tangkai tanpa menggoyang ranting. Namanya itu sendiri adalah anugerah,
dari wilala yang artinya capung. Maka cukup membuat Upasara agak bengong melihat
Wilanda merendahkan diri.
Dalam sekejap saja Wilanda sudah menjelaskan semua. Bahkan secara langsung sudah
menyebut-nyebut sebagai utusan resmi dan Keraton. Meskipun Upasara baru menginjak usia
dua puluh tahun, pengalamannya boleh dikatakan segudang. Ia mendengar nama Perguruan
Nirada yang banyak disebut-sebut. Namun itu semua bukan berarti harus menghormat dengan
cara seperti itu. Dan sebenarnya yang lebih mengherankan lagi ialah Ngabehi Pandu pun turut
turun dari kudanya.
Selama ini Upasara mengenal pamannya sebagai seorang tokoh yang bergeming oleh
gempa, tak terusik oleh badai. Di Keraton, tokoh ini boleh dikata tak peduli apa-apa. Bahkan
upacara sowan kepada Baginda Raja pun tak dilakukan. Ia lebih suka menyembunyikan diri di gua pertapaannya, dan secara terus-menerus berlatih ilmunya. Paling sebentar hanya keluar
dan ruangan semadinya seratus hari sekali. Itu pun sekadar menemui Upasara untuk melihatnya
berlatih silat.
Upasara boleh dikatakan beruntung karena ia satu-satunya yang diajari secara langsung.
Ia satu-satunya murid yang menerima ajaran dari Ngabehi Pandu. Ini saja sebenarnya sudah
membuat Upasara bisa malang-melintang di Keraton. Ia merasa sedikit saja yang bisa menandinginya.
Dan puncak kekagumannya memang pada Ngabehi Pandu, yang menurut perhitungannya
orang yang paling sakti. kalau tokoh yang dikagumi sampai perlu turun dan kudanya,
itu pasti bukan basa-basi belaka. Ngabehi Pandu bukan orang yang bisa dan biasa berpura-pura.
Ataukah mereka berdua juga "dipaksa" turun dari punggung kuda. Seperti dirinya? Tak
mungkin hal itu terjadi.
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
boleh juga nich member papaji selain seneng seni tarung ayam, ternyata pada interes n apresiatif jga ama karya sastra
mantap!!!
mantap!!!
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Upasara melihat secara lebih jelas. Kekuatannya dipersiapkan untuk satu serangan mendadak-
baik untuk menyerang atau bertahan. Kuda-kudanya kuat mantap.
Lebih heran lagi, karena yang keluar dari semak-semak adalah seorang lelaki gundul
yang praktis telanjang. Hanya kain gombal sekenanya menutup di bagian bawah selebihnya
tak ada apa-apanya. Tidak juga sehelai rambut. Yang membuat Upasara gusar adalah kenyataan
bahwa lelaki itu seperti tidak melirik ke arah mereka.
Bahwa di Perguruan Awan banyak hal yang ganjil, itu Sudah lama didengar. Tapi kenyataannya
ternyata lebih ganjil lagi. Tak ada bangunan rumah, tak ada sambutan. Hanya tetumbuhan
liar dan seorang lelaki setengah tua yang lebih mirip binatang hutan. Upasara merasa
tak bisa menahan sabarnya.
"Bapak Gundul, saya ingin bertemu dengan pemimpin Nirada Manggala. Katakan kepadanya
untuk menjemput saya. Katakan Raden Mas Upasara Wulung bersama Pamanda Ngabehi
Pandu dan Wilanda sendiri yang datang. Paman Gundul, kau dengar apa yang saya katakan?"
"Saya...," jawab si gundul sambil menunduk hormat.
Upasara melihat Wilanda yang masih bersila seperti mengisyaratkan agar jangan kurang
ajar. Tapi siapa yang peduli? Untuk apa menghormat lelaki setengah tua yang berpakaian saja
tak sempurna?
baik untuk menyerang atau bertahan. Kuda-kudanya kuat mantap.
Lebih heran lagi, karena yang keluar dari semak-semak adalah seorang lelaki gundul
yang praktis telanjang. Hanya kain gombal sekenanya menutup di bagian bawah selebihnya
tak ada apa-apanya. Tidak juga sehelai rambut. Yang membuat Upasara gusar adalah kenyataan
bahwa lelaki itu seperti tidak melirik ke arah mereka.
Bahwa di Perguruan Awan banyak hal yang ganjil, itu Sudah lama didengar. Tapi kenyataannya
ternyata lebih ganjil lagi. Tak ada bangunan rumah, tak ada sambutan. Hanya tetumbuhan
liar dan seorang lelaki setengah tua yang lebih mirip binatang hutan. Upasara merasa
tak bisa menahan sabarnya.
"Bapak Gundul, saya ingin bertemu dengan pemimpin Nirada Manggala. Katakan kepadanya
untuk menjemput saya. Katakan Raden Mas Upasara Wulung bersama Pamanda Ngabehi
Pandu dan Wilanda sendiri yang datang. Paman Gundul, kau dengar apa yang saya katakan?"
"Saya...," jawab si gundul sambil menunduk hormat.
Upasara melihat Wilanda yang masih bersila seperti mengisyaratkan agar jangan kurang
ajar. Tapi siapa yang peduli? Untuk apa menghormat lelaki setengah tua yang berpakaian saja
tak sempurna?
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
jaghana wrote:Upasara melihat secara lebih jelas. Kekuatannya dipersiapkan untuk satu serangan mendadak-
baik untuk menyerang atau bertahan. Kuda-kudanya kuat mantap.
Lebih heran lagi, karena yang keluar dari semak-semak adalah seorang lelaki gundul
yang praktis telanjang. Hanya kain gombal sekenanya menutup di bagian bawah selebihnya
tak ada apa-apanya. Tidak juga sehelai rambut. Yang membuat Upasara gusar adalah kenyataan
bahwa lelaki itu seperti tidak melirik ke arah mereka.
Bahwa di Perguruan Awan banyak hal yang ganjil, itu Sudah lama didengar. Tapi kenyataannya
ternyata lebih ganjil lagi. Tak ada bangunan rumah, tak ada sambutan. Hanya tetumbuhan
liar dan seorang lelaki setengah tua yang lebih mirip binatang hutan. Upasara merasa
tak bisa menahan sabarnya.
"Bapak Gundul, saya ingin bertemu dengan pemimpin Nirada Manggala. Katakan kepadanya
untuk menjemput saya. Katakan Raden Mas Upasara Wulung bersama Pamanda Ngabehi
Pandu dan Wilanda sendiri yang datang. Paman Gundul, kau dengar apa yang saya katakan?"
"Saya...," jawab si gundul sambil menunduk hormat.
Upasara melihat Wilanda yang masih bersila seperti mengisyaratkan agar jangan kurang
ajar. Tapi siapa yang peduli? Untuk apa menghormat lelaki setengah tua yang berpakaian saja
tak sempurna?
kalau bisa diartikan...
saya mengartikan begini..
== JANGAN PANDANG RUPA NAMUN PANDANGLAH HATI ==
BETUL?
hand- Sersan
- Jumlah posting : 124
Join date : 27.03.11
Lokasi : medan
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
"Paman Gundul, kau dengar?"
"Saya..."
Tapi selain jawaban yang diberikan, paman gundul itu tetap bergeming.
"Rupanya di perguruan ini banyak yang angkuh dan sok. Saya sudah bicara baik-baik,
tapi kalian memperlakukan seperti ini. Jangan bilang anak muda berlaku kurang ajar."
Upasara menggeser kakinya.
"Saya..."
Seumur hidup, belum pernah Upasara mendapat perlakuan hina seperti ini. Di Keraton,
semua menuruti keinginannya. Apa yang diharapkan bisa terlaksana. Tak ada yang membandel
seperti ini.
"Maaf, Kisanak...," suara Wilanda tetap ramah. "Kami sudah mengenalkan diri. Bolehkah
kami mengetahui nama besar Kisanak?"
"Saya... Saya bernama Jaghana, Kisanak."
Upasara tak bisa menahan diri lagi. Ini jelas cara mempermainkan yang keterlaluan. Bagaimana
mungkin pertanyaan yang baik-baik, dengan rasa hormat, dijawab seenaknya ? Bagaimana
mungkin seorang bernama Jaghana yang artinya pantat?
Tanpa memedulikan lirikan mata menahan, Upasara langsung menerjang. Jaraknya masih
sekitar dua tombak, akan tetap hanya dengan sekali menginjak tanah, tubuhnya sudah melayang
maju ke depan Persis di depan Jaghana yang gundul, dan langsung menyerang. Dua
tangan, kiri dan kanan, maju secara serentak seperti menjepit tubuh Jaghana. Ini adalah gerakan
dasar dari serangan banteng. Ilmu yang diandalkan selama ini. Kedua tangannya berfungsi
sebagai pengganti tanduk.
Kalau saja Jaghana bisa dijepit, kepalanya bisa retak, sebelum tubuhnya berputar dan
melayang ke atas. Kunci utama dari serangan kilat ini adalah pada kekuatan besar yang mengunci
gerak lawan, dan di samping itu juga tak memberi kesempatan lawan untuk menggagalkannya.
"Saya..."
Tapi selain jawaban yang diberikan, paman gundul itu tetap bergeming.
"Rupanya di perguruan ini banyak yang angkuh dan sok. Saya sudah bicara baik-baik,
tapi kalian memperlakukan seperti ini. Jangan bilang anak muda berlaku kurang ajar."
Upasara menggeser kakinya.
"Saya..."
Seumur hidup, belum pernah Upasara mendapat perlakuan hina seperti ini. Di Keraton,
semua menuruti keinginannya. Apa yang diharapkan bisa terlaksana. Tak ada yang membandel
seperti ini.
"Maaf, Kisanak...," suara Wilanda tetap ramah. "Kami sudah mengenalkan diri. Bolehkah
kami mengetahui nama besar Kisanak?"
"Saya... Saya bernama Jaghana, Kisanak."
Upasara tak bisa menahan diri lagi. Ini jelas cara mempermainkan yang keterlaluan. Bagaimana
mungkin pertanyaan yang baik-baik, dengan rasa hormat, dijawab seenaknya ? Bagaimana
mungkin seorang bernama Jaghana yang artinya pantat?
Tanpa memedulikan lirikan mata menahan, Upasara langsung menerjang. Jaraknya masih
sekitar dua tombak, akan tetap hanya dengan sekali menginjak tanah, tubuhnya sudah melayang
maju ke depan Persis di depan Jaghana yang gundul, dan langsung menyerang. Dua
tangan, kiri dan kanan, maju secara serentak seperti menjepit tubuh Jaghana. Ini adalah gerakan
dasar dari serangan banteng. Ilmu yang diandalkan selama ini. Kedua tangannya berfungsi
sebagai pengganti tanduk.
Kalau saja Jaghana bisa dijepit, kepalanya bisa retak, sebelum tubuhnya berputar dan
melayang ke atas. Kunci utama dari serangan kilat ini adalah pada kekuatan besar yang mengunci
gerak lawan, dan di samping itu juga tak memberi kesempatan lawan untuk menggagalkannya.
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
aq toh baru dong setelah artikel yg terahkir....wah lemot brati saya
Yuri_GG- Jendral
- Jumlah posting : 1749
Join date : 21.01.11
Age : 35
Lokasi : Kediri (Jatim) -Semarang(Jateng) 082221222148
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
mana lagi nih....buku 1 aja halamannya ada 1000an lebih....... tak tunggu sampe buku 5...............Yuri_GG wrote:aq toh baru dong setelah artikel yg terahkir....wah lemot brati saya
lumayan gratisan he he he. daripada beli buku aslinya yang harga paketnya diatas 1,5 jt mendingan buat beli lancuran.... ayo dong ...........
pacita- Kolonel
- Jumlah posting : 768
Join date : 25.10.10
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Karena Upasara yang berarti banteng—sangat kuat kuda-kudanya. Persis seperti ketiga
banteng menyerbu harimau. Ilmu ini boleh dikatakan ciptaan Ngabehi Pandu sendiri, yang disesuaikan
dengan sifat-sifat Upasara yang masih berdarah panas bertenaga besar seperti banteng.
Selama ini selalu terbukti bahwa jurus pembukaannya selalu membuat lawannya repot.
Upasara sudah memperhitungkan: andai terpaksa menghindar, Jaghana harus mundur, paling
sedikit dua tindak. Itu juga akan menempatkan Jaghana pada posisi yang sulit, karena dua tangan
Upasara akan menyusul langsung. Dan kali ini sasarannya adalah pusar. Bagai tanduk—
sepasang—yang menemukan sasaran empuk. Pukulan ini merupakan rangkaian. Hanya beberapa
jago saja yang mampu menghindar dari rangkaian pukulan berantai ini, itu pun akan
mempersulit posisinya kemudian.
Dalam beberapa latihan, hanya Wilanda yang secara berturut-turut mampu menghindar.
Terutama karena ilmu meringankan tubuh yang satu kelas di atasnya. Itu pun harus mengorbankan
kedudukan kuda-kuda untuk tetap berada dalam sikap bertahan.
Ngabehi Pandu menciptakan jurus yang kelihatannya sederhana ini bukan sekadar bangun
dari tidur. Walau kelihatannya sederhana, perubahannya cukup rumit. Sederhana karena
gerakannya seperti kaku. Lurus menerjang dengan dua tangan sekaligus. Namun sebenarnya
ini juga merupakan inti untuk menjajal kekuatan lawan. Seperti diketahui, untuk menghadapi
jurus ini hanya tersedia dua pilihan. Menghindar mundur atau langsung menggempur. Ini berarti
secara langsung beradu tenaga. Saat itu juga, si penyerang sudah bisa memperkirakan kekuatan
lawan. Karena saat beradu, dua tangan yang menjotos berputar arahnya ke bawah. Cara
mengatur kekuatan lawan inilah yang disebut serangan efektif. Menerjang sekaligus menakar
kekuatan lawan. Dengan mengetahui secara persis kekuatan lawan, si penyerang bisa mengatur
siasat.
Ngabehi Pandu menciptakan rangkaian jurus ini terutama sekali untuk menerjang lawan
yang belum dikenal seberapa kekuatannya. Namun dilihat dari kuda-kudanya, jurus ini tidak
sekadar menjajal untuk coba-coba, akan tetapi sudah sekaligus menggilas.
Seekor kerbau liar pernah terjungkir dan terbanting kasar di tanah ketika Upasara mempraktekkannya.
Apakah Jaghana akan terbanting seperti seekor kerbau? Itulah yang akan terjadi karena
Jaghana tidak menggempur langsung dan tidak menghindar. Seakan membiarkan saja. Jaghana
seperti membiarkan dirinya diserang! Upasara serta-merta mengurangi kekuatan tenaganya.
Ia ingin sekadar memberi pelajaran kepada lawan dan bukan ingin menghancurkan.
banteng menyerbu harimau. Ilmu ini boleh dikatakan ciptaan Ngabehi Pandu sendiri, yang disesuaikan
dengan sifat-sifat Upasara yang masih berdarah panas bertenaga besar seperti banteng.
Selama ini selalu terbukti bahwa jurus pembukaannya selalu membuat lawannya repot.
Upasara sudah memperhitungkan: andai terpaksa menghindar, Jaghana harus mundur, paling
sedikit dua tindak. Itu juga akan menempatkan Jaghana pada posisi yang sulit, karena dua tangan
Upasara akan menyusul langsung. Dan kali ini sasarannya adalah pusar. Bagai tanduk—
sepasang—yang menemukan sasaran empuk. Pukulan ini merupakan rangkaian. Hanya beberapa
jago saja yang mampu menghindar dari rangkaian pukulan berantai ini, itu pun akan
mempersulit posisinya kemudian.
Dalam beberapa latihan, hanya Wilanda yang secara berturut-turut mampu menghindar.
Terutama karena ilmu meringankan tubuh yang satu kelas di atasnya. Itu pun harus mengorbankan
kedudukan kuda-kuda untuk tetap berada dalam sikap bertahan.
Ngabehi Pandu menciptakan jurus yang kelihatannya sederhana ini bukan sekadar bangun
dari tidur. Walau kelihatannya sederhana, perubahannya cukup rumit. Sederhana karena
gerakannya seperti kaku. Lurus menerjang dengan dua tangan sekaligus. Namun sebenarnya
ini juga merupakan inti untuk menjajal kekuatan lawan. Seperti diketahui, untuk menghadapi
jurus ini hanya tersedia dua pilihan. Menghindar mundur atau langsung menggempur. Ini berarti
secara langsung beradu tenaga. Saat itu juga, si penyerang sudah bisa memperkirakan kekuatan
lawan. Karena saat beradu, dua tangan yang menjotos berputar arahnya ke bawah. Cara
mengatur kekuatan lawan inilah yang disebut serangan efektif. Menerjang sekaligus menakar
kekuatan lawan. Dengan mengetahui secara persis kekuatan lawan, si penyerang bisa mengatur
siasat.
Ngabehi Pandu menciptakan rangkaian jurus ini terutama sekali untuk menerjang lawan
yang belum dikenal seberapa kekuatannya. Namun dilihat dari kuda-kudanya, jurus ini tidak
sekadar menjajal untuk coba-coba, akan tetapi sudah sekaligus menggilas.
Seekor kerbau liar pernah terjungkir dan terbanting kasar di tanah ketika Upasara mempraktekkannya.
Apakah Jaghana akan terbanting seperti seekor kerbau? Itulah yang akan terjadi karena
Jaghana tidak menggempur langsung dan tidak menghindar. Seakan membiarkan saja. Jaghana
seperti membiarkan dirinya diserang! Upasara serta-merta mengurangi kekuatan tenaganya.
Ia ingin sekadar memberi pelajaran kepada lawan dan bukan ingin menghancurkan.
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Pada awalnya adalah sirna
pada akhirnya juga sirna
dari sirna kembali ke sirna
sirna itu sempurna
sirna itu tak ada
sempurna itu sirna
tak ada itu sirna
sirna itu kosong
pada awalnya adalah kosong
menyongsong ke arah kosong
pada akhirnya juga sirna
dari sirna kembali ke sirna
sirna itu sempurna
sirna itu tak ada
sempurna itu sirna
tak ada itu sirna
sirna itu kosong
pada awalnya adalah kosong
menyongsong ke arah kosong
Re: SENOPATI PAMUNGKAS oleh Arswendo Atmowiloto
Akan tetap justru di saat seperti itu, dalam sepersekian detik yang bersamaan, Upasara
merasa kakinya bergetar. Seperti kesemutan. Aneh. Padahal Jaghana hanya menggeser sedikit
posisi kakinya. Ini soal tenaga dalam. Dalam sekelebatan saja Jaghana sudah bisa membaca
gerak dan inti serangan. Justru dengan sekali gebrak, Jaghana membalas pada posisinya yang
paling kuat. Di arah kuda-kuda. Upasara berpikir cepat. Membatalkan serangan utama, dan
balik menggeser kaki kiri untuk mengurangi tekanan lawan. Sekaligus dengan itu tangan kirinya
ditarik mundur untuk menampik lawan.
Tanpa menggeser tubuh, Upasara kini melancarkan serangan berikut. Tubuhnya sedikit
meloncat, dengan cara menjatuhkan diri, Upasara ingin mengetok punggung lawan dari belakang.
Tubuhnya melengkung bagai plastik yang bisa berubah menjadi lebih panjang. Lawan
akan mengira ia masih bertahan di tempatnya, tetapi secepat kilat ia menyerang arah belakang.
Inilah salah satu kehebatan jurus Ngabehi Pandu. Dua jenis serangan yang mempunyai
sifat berbeda, bisa dilakukan secara beruntun. Meskipun sebenarnya gerakan ini pada awalnya
mengandalkan kekerasan, tapi di saat yang bersamaan bisa diubah menjadi luwes. Untuk
mempraktekkan gerak semacam ini sebenarnya tak diperlukan latihan yang panjang. Kekuatan
utamanya justru terletak pada mengatur dan menyalurkan tenaga sesuai yang dibutuhkan.
Jaghana seperti mengeluarkan seruan pujian dari hidungnya. Lagi-lagi, seperti pada mulanya,
ia seperti membiarkan punggungnya dipatuk dari belakang. Caranya menghadapi justru
dengan meneruskan serangan kakinya ke depan. Sehingga tubuhnya seperti jatuh.
merasa kakinya bergetar. Seperti kesemutan. Aneh. Padahal Jaghana hanya menggeser sedikit
posisi kakinya. Ini soal tenaga dalam. Dalam sekelebatan saja Jaghana sudah bisa membaca
gerak dan inti serangan. Justru dengan sekali gebrak, Jaghana membalas pada posisinya yang
paling kuat. Di arah kuda-kuda. Upasara berpikir cepat. Membatalkan serangan utama, dan
balik menggeser kaki kiri untuk mengurangi tekanan lawan. Sekaligus dengan itu tangan kirinya
ditarik mundur untuk menampik lawan.
Tanpa menggeser tubuh, Upasara kini melancarkan serangan berikut. Tubuhnya sedikit
meloncat, dengan cara menjatuhkan diri, Upasara ingin mengetok punggung lawan dari belakang.
Tubuhnya melengkung bagai plastik yang bisa berubah menjadi lebih panjang. Lawan
akan mengira ia masih bertahan di tempatnya, tetapi secepat kilat ia menyerang arah belakang.
Inilah salah satu kehebatan jurus Ngabehi Pandu. Dua jenis serangan yang mempunyai
sifat berbeda, bisa dilakukan secara beruntun. Meskipun sebenarnya gerakan ini pada awalnya
mengandalkan kekerasan, tapi di saat yang bersamaan bisa diubah menjadi luwes. Untuk
mempraktekkan gerak semacam ini sebenarnya tak diperlukan latihan yang panjang. Kekuatan
utamanya justru terletak pada mengatur dan menyalurkan tenaga sesuai yang dibutuhkan.
Jaghana seperti mengeluarkan seruan pujian dari hidungnya. Lagi-lagi, seperti pada mulanya,
ia seperti membiarkan punggungnya dipatuk dari belakang. Caranya menghadapi justru
dengan meneruskan serangan kakinya ke depan. Sehingga tubuhnya seperti jatuh.
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Halaman 1 dari 3 • 1, 2, 3
Similar topics
» konfirmasi kerugikan yang disebabkan oleh E.PUTRA....
» Ukuran ayam ditentukan Oleh....
» Penghadangan acara Papaji Gresik oleh aparat polisi.
» Penyakit ayam yg disebabkan oleh virus
» telur ayam adu dierami oleh babon kampung ?
» Ukuran ayam ditentukan Oleh....
» Penghadangan acara Papaji Gresik oleh aparat polisi.
» Penyakit ayam yg disebabkan oleh virus
» telur ayam adu dierami oleh babon kampung ?
Halaman 1 dari 3
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|