Mohon INFORMASI tentang JURI BERSERTIFIKAT resmi PAPAJI

Mohon maaf, sebelumnya.

Beberapa kawan di daerah saya ada yang berminat untuk mengadakan KONTES AYAM PETARUNG-NON JUDI. Untuk itu, saya mohon informasinya tentang:
*) honor standard per-hari untuk seorang juri yang sudah bersertifikat PAPAJI belum termasuk akomodasi.
*) list nama-nama sobat papaji di sekitar wilayah Blitar-Kediri-Tulungagung-Malang-Ponorogo..yang sudah mengantongi sertifikat penjurian PAPAJI.

Karena di Blitar belum ada PAPAJI, kontes masih akan mengatasnamakan komunitas lokal yang sudah ada. Selain itu, sumber informasi Ketua papaji terdekat (Tulungagung) sdg sibuk dgn urusan "selak pengen rabi" shg mengurangi kegiatan per-ayaman. Sehingga informasinya masih terputus.

Mohon bantuannya. Terima kasih

Bisa tanya langsung ke Ketua Umum..., mas......
Langsung sms ke hp nya saja..., lebih cepat.......

YudhiZUHDI wrote:Mohon maaf, sebelumnya.

Beberapa kawan di daerah saya ada yang berminat untuk mengadakan KONTES AYAM PETARUNG-NON JUDI. Untuk itu, saya mohon informasinya tentang:
*) honor standard per-hari untuk seorang juri yang sudah bersertifikat PAPAJI belum termasuk akomodasi.
*) list nama-nama sobat papaji di sekitar wilayah Blitar-Kediri-Tulungagung-Malang-Ponorogo..yang sudah mengantongi sertifikat penjurian PAPAJI.

Karena di Blitar belum ada PAPAJI, kontes masih akan mengatasnamakan komunitas lokal yang sudah ada. Selain itu, sumber informasi Ketua papaji terdekat (Tulungagung) sdg sibuk dgn urusan "selak pengen rabi" shg mengurangi kegiatan per-ayaman. Sehingga informasinya masih terputus.

Mohon bantuannya. Terima kasih

Sertifikasi wasit juri dilaksanakan oleh masing2 pengcab/pengda yang berkepentingan, untuk wilayah Kediri banyak yang sudah pintar dan sering bertugas menjadi wasit juri sekalipun kayaknya belum bersertifikat, wasit juri bersertifikat yang terdekat adalah pengcab Ponorogo dan pengcab Soloraya, untuk honor tidak ada patokan atau standartnya tetapi biasanya kita berikan minimal 100 ribu/orang, pada dasarnya kita semua menyadari bahwa untuk perhelatan even non judi lebih bersifat menjalin keguyuban sehingga kepanitiaan jarang yang mendapatkan keuntungan berlebih, maka biasanya para wasit juripun dengan senang hati mau membantu sekalipun mungkin tidak diberikan imbalan materi.....................

syarat bisa ikut latber apa pakdhe?? selain member gratisan di forum adakah persyaratan yg lain??

danipe wrote:syarat bisa ikut latber apa pakdhe?? selain member gratisan di forum adakah persyaratan yg lain??

Latber atau turnamen PAPAJI biasanya bebas dan terbuka bagi siapapun tidak ada syarat2 tertentu kecuali mungkin cuma perlu bawa ayam dan bayar biaya pendaftaran saja, selain hal tersebut tidak ada persyaratan lainnya..ke..ke..ke..ke....

Jika tidak ada halangan rencana bulan Maret mendatang akan kita gelar Turnamen terbuka PAPAJI di Semarang.....................

[quote="Hendro"]

danipe wrote:syarat bisa ikut latber apa pakdhe?? selain member gratisan di forum adakah persyaratan yg lain??

Latber atau turnamen PAPAJI biasanya bebas dan terbuka bagi siapapun tidak ada syarat2 tertentu kecuali mungkin cuma perlu bawa ayam dan bayar biaya pendaftaran saja, selain hal tersebut tidak ada persyaratan lainnya..ke..ke..ke..ke....  

Jika tidak ada halangan rencana bulan Maret mendatang akan kita gelar Turnamen terbuka PAPAJI di Semarang..................... [/quote

Wah mudah2 an DKI / Bekasi segera menyusul juga turnamen ke 1 tahun 2016....
Tapi klo bisa pemberitahuannya 1,5 bulan sebelumnya. Supaya masih sempat nyiapin ayamnya.. setidaknya ditahan dulu sebelum diambil teman hehe..

Hendro wrote:

YudhiZUHDI wrote:Mohon maaf, sebelumnya.

Beberapa kawan di daerah saya ada yang berminat untuk mengadakan KONTES AYAM PETARUNG-NON JUDI. Untuk itu, saya mohon informasinya tentang:
*) honor standard per-hari untuk seorang juri yang sudah bersertifikat PAPAJI belum termasuk akomodasi.
*) list nama-nama sobat papaji di sekitar wilayah Blitar-Kediri-Tulungagung-Malang-Ponorogo..yang sudah mengantongi sertifikat penjurian PAPAJI.

Karena di Blitar belum ada PAPAJI, kontes masih akan mengatasnamakan komunitas lokal yang sudah ada. Selain itu, sumber informasi Ketua papaji terdekat (Tulungagung) sdg sibuk dgn urusan "selak pengen rabi" shg mengurangi kegiatan per-ayaman. Sehingga informasinya masih terputus.

Mohon bantuannya. Terima kasih

Sertifikasi wasit juri dilaksanakan oleh masing2 pengcab/pengda yang berkepentingan, untuk wilayah Kediri banyak yang sudah pintar dan sering bertugas menjadi wasit juri sekalipun kayaknya belum bersertifikat, wasit juri bersertifikat yang terdekat adalah pengcab Ponorogo dan pengcab Soloraya, untuk honor tidak ada patokan atau standartnya tetapi biasanya kita berikan minimal 100 ribu/orang, pada dasarnya kita semua menyadari bahwa untuk perhelatan even non judi lebih bersifat menjalin keguyuban sehingga kepanitiaan jarang yang mendapatkan keuntungan berlebih, maka biasanya para wasit juripun dengan senang hati mau membantu sekalipun mungkin tidak diberikan imbalan materi.....................  

Matur nuwun atas wawasannya pakde Hendro.
Karena menurut pemikiran saya, kalau sebuah turnamen/kontes akan "lebih" memuaskan peserta apabila jurinya bersertifikat, dan sekaligus meminimalisir protes terhadap hasil penjurian.

Masalah honor, minimal dari segi etika setidaknya kita sudah mempunyai gambaran terhadap nilai sebuah jerih-payah. Apalagi kalau si juri harus berangkat ke luar daerah.

Trims bgt.

YudhiZUHDI wrote:

Hendro wrote:

YudhiZUHDI wrote:Mohon maaf, sebelumnya.

Beberapa kawan di daerah saya ada yang berminat untuk mengadakan KONTES AYAM PETARUNG-NON JUDI. Untuk itu, saya mohon informasinya tentang:
*) honor standard per-hari untuk seorang juri yang sudah bersertifikat PAPAJI belum termasuk akomodasi.
*) list nama-nama sobat papaji di sekitar wilayah Blitar-Kediri-Tulungagung-Malang-Ponorogo..yang sudah mengantongi sertifikat penjurian PAPAJI.

Karena di Blitar belum ada PAPAJI, kontes masih akan mengatasnamakan komunitas lokal yang sudah ada. Selain itu, sumber informasi Ketua papaji terdekat (Tulungagung) sdg sibuk dgn urusan "selak pengen rabi" shg mengurangi kegiatan per-ayaman. Sehingga informasinya masih terputus.

Mohon bantuannya. Terima kasih

Sertifikasi wasit juri dilaksanakan oleh masing2 pengcab/pengda yang berkepentingan, untuk wilayah Kediri banyak yang sudah pintar dan sering bertugas menjadi wasit juri sekalipun kayaknya belum bersertifikat, wasit juri bersertifikat yang terdekat adalah pengcab Ponorogo dan pengcab Soloraya, untuk honor tidak ada patokan atau standartnya tetapi biasanya kita berikan minimal 100 ribu/orang, pada dasarnya kita semua menyadari bahwa untuk perhelatan even non judi lebih bersifat menjalin keguyuban sehingga kepanitiaan jarang yang mendapatkan keuntungan berlebih, maka biasanya para wasit juripun dengan senang hati mau membantu sekalipun mungkin tidak diberikan imbalan materi.....................  

Matur nuwun atas wawasannya pakde Hendro.
Karena menurut pemikiran saya, kalau sebuah turnamen/kontes akan "lebih" memuaskan peserta apabila jurinya bersertifikat, dan sekaligus meminimalisir protes terhadap hasil penjurian.

Masalah honor, minimal dari segi etika setidaknya kita sudah mempunyai gambaran terhadap nilai sebuah jerih-payah. Apalagi kalau si juri harus berangkat ke luar daerah.

Trims bgt.

Soal protes biasanya adalah karakter orang jadi tidak bergantung pada jurinya yang bersertifikat atau tidak mas, tapi dengan catatan juri sudah menjalankan tugas secara baik dan adil.......................

Untuk mengurangi terjadinya protes memang seharusnya disosialisasikan kepada semua peserta maupun penonton tentang sistem penilaian lomba sehingga tercapai pemahaman yang sama....................

Yang sering menimbulkan masalah adalah peserta tidak paham aturan penilaian sehingga beda persepsi antara wasit juri dan peserta/penontonnya.....................

Salam latber...................

Hendro wrote:

YudhiZUHDI wrote:

Hendro wrote:

YudhiZUHDI wrote:Mohon maaf, sebelumnya.

Beberapa kawan di daerah saya ada yang berminat untuk mengadakan KONTES AYAM PETARUNG-NON JUDI. Untuk itu, saya mohon informasinya tentang:
*) honor standard per-hari untuk seorang juri yang sudah bersertifikat PAPAJI belum termasuk akomodasi.
*) list nama-nama sobat papaji di sekitar wilayah Blitar-Kediri-Tulungagung-Malang-Ponorogo..yang sudah mengantongi sertifikat penjurian PAPAJI.

Karena di Blitar belum ada PAPAJI, kontes masih akan mengatasnamakan komunitas lokal yang sudah ada. Selain itu, sumber informasi Ketua papaji terdekat (Tulungagung) sdg sibuk dgn urusan "selak pengen rabi" shg mengurangi kegiatan per-ayaman. Sehingga informasinya masih terputus.

Mohon bantuannya. Terima kasih

Sertifikasi wasit juri dilaksanakan oleh masing2 pengcab/pengda yang berkepentingan, untuk wilayah Kediri banyak yang sudah pintar dan sering bertugas menjadi wasit juri sekalipun kayaknya belum bersertifikat, wasit juri bersertifikat yang terdekat adalah pengcab Ponorogo dan pengcab Soloraya, untuk honor tidak ada patokan atau standartnya tetapi biasanya kita berikan minimal 100 ribu/orang, pada dasarnya kita semua menyadari bahwa untuk perhelatan even non judi lebih bersifat menjalin keguyuban sehingga kepanitiaan jarang yang mendapatkan keuntungan berlebih, maka biasanya para wasit juripun dengan senang hati mau membantu sekalipun mungkin tidak diberikan imbalan materi.....................  

Matur nuwun atas wawasannya pakde Hendro.
Karena menurut pemikiran saya, kalau sebuah turnamen/kontes akan "lebih" memuaskan peserta apabila jurinya bersertifikat, dan sekaligus meminimalisir protes terhadap hasil penjurian.

Masalah honor, minimal dari segi etika setidaknya kita sudah mempunyai gambaran terhadap nilai sebuah jerih-payah. Apalagi kalau si juri harus berangkat ke luar daerah.

Trims bgt.

Soal protes biasanya adalah karakter orang jadi tidak bergantung pada jurinya yang bersertifikat atau tidak mas, tapi dengan catatan juri sudah menjalankan tugas secara baik dan adil.......................

Untuk mengurangi terjadinya protes memang seharusnya disosialisasikan kepada semua peserta maupun penonton tentang sistem penilaian lomba sehingga tercapai pemahaman yang sama....................

Yang sering menimbulkan masalah adalah peserta tidak paham aturan penilaian sehingga beda persepsi antara wasit juri dan peserta/penontonnya.....................

Salam latber...................  

Siap 86