Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
+19
mard_dian
¤Di@n-M@gelang¤
MADE RIZKI
anyen
WiKu
aries_setya
Roni Rayanto
ary gatRolls HC
Jhon Gultom
Jagonantang
Administrator
Kadirvanhoten
ipanknade
reza arb
siyoko
Ali topan
julus
smoker
jaghana
23 posters
Halaman 1 dari 2
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Kota batik Pekalongan di pertengahan tahun 1960an menyambut fajar dengan kabut tipis , pukul setengah enam pagi polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.
Becak dan delman amat dominan masa itu , persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman . Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.
Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.
“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . “Boleh ditunjukan rebuwes!” Ia meminta surat surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.
Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.
“Ada apa pak polisi ?” Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget , ia mengenali siapa pria itu . “Ya Allah…sinuwun!” kejutnya dalam hati . Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik , naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.
“Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini satu arah !” Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir , orang sebesar sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke pekalongan yang jauhnya cukup lumayan., entah tujuannya kemana.
Setelah melihat rebuwes , Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan , namun sultan menolak.
“ Ya ..saya salah , kamu benar , saya pasti salah !” Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.
“ Jadi…?” Sinuwun bertanya , pertanyaan yang singkat namun sulit bagi brigadir Royadin menjawabnya .
“Em..emm ..bapak saya tilang , mohon maaf!” Brigadir Royadin heran , sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya, jangankan begitu , mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya.
“Baik..brigadir , kamu buatkan surat itu , nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !” Sinuwun meminta brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya.
Surat tilang berpindah tangan , rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.
Beberapa menit sinuwun melintas di depan stasiun pekalongan, brigadir royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.
Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas , Ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.
Saat apel pagi esok harinya , suara amarah meledak di markas polisi pekalongan , nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.
“Royadin , apa yang kamu lakukan ..sa’enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!” Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa , ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan kekiri bolak balik.
“ Sekarang aku mau Tanya , kenapa kamu tidak lepas saja sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia , ngerti nggak kowe sopo sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.
“ Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa , beliau ngaku salah ..dan memang salah!” brigadir Royadin menjawab tegas.
“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku , kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang , bisa sampai Menteri !” Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.
Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.
Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun , masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar , keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.
Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.
Suatu sore , saat belum habis jam dinas , seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.
“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh Royadin , ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota pekalongan setiap hari , karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .
“ Siap pak !” Royadin menjawab datar.
“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan , untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan , ini hanya merepotkan diri saja.
“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.
“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ? pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana , pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris , disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.
Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.
Tangan brigadir Royadin bergetar , namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .
“ Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan , ini tanah kelahiran saya , rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya !” Brigadir Royadin bergetar , ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX , Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.
July 2010 , saat saya mendengar kepergian purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik dari keluarga dipekalongan , saya tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya . Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya , sekaligus kepada saya selaku keponakannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya , pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .
Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati . Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini dari sabang sampai merauke.
Depok June 25′ 2011
Aryadi Noersaid
prtama aku baca...hidungku terasa panas...mata brkaca2 seperti kena asep knalpot...
ingat almarhum bapak...........
Becak dan delman amat dominan masa itu , persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman . Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.
Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.
“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . “Boleh ditunjukan rebuwes!” Ia meminta surat surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.
Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.
“Ada apa pak polisi ?” Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget , ia mengenali siapa pria itu . “Ya Allah…sinuwun!” kejutnya dalam hati . Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik , naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.
“Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini satu arah !” Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir , orang sebesar sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke pekalongan yang jauhnya cukup lumayan., entah tujuannya kemana.
Setelah melihat rebuwes , Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan , namun sultan menolak.
“ Ya ..saya salah , kamu benar , saya pasti salah !” Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.
“ Jadi…?” Sinuwun bertanya , pertanyaan yang singkat namun sulit bagi brigadir Royadin menjawabnya .
“Em..emm ..bapak saya tilang , mohon maaf!” Brigadir Royadin heran , sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya, jangankan begitu , mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya.
“Baik..brigadir , kamu buatkan surat itu , nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !” Sinuwun meminta brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya.
Surat tilang berpindah tangan , rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.
Beberapa menit sinuwun melintas di depan stasiun pekalongan, brigadir royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.
Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas , Ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.
Saat apel pagi esok harinya , suara amarah meledak di markas polisi pekalongan , nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.
“Royadin , apa yang kamu lakukan ..sa’enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!” Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa , ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan kekiri bolak balik.
“ Sekarang aku mau Tanya , kenapa kamu tidak lepas saja sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia , ngerti nggak kowe sopo sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.
“ Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa , beliau ngaku salah ..dan memang salah!” brigadir Royadin menjawab tegas.
“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku , kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang , bisa sampai Menteri !” Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.
Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.
Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun , masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar , keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.
Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.
Suatu sore , saat belum habis jam dinas , seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.
“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh Royadin , ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota pekalongan setiap hari , karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .
“ Siap pak !” Royadin menjawab datar.
“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan , untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan , ini hanya merepotkan diri saja.
“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.
“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ? pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana , pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris , disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.
Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.
Tangan brigadir Royadin bergetar , namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .
“ Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan , ini tanah kelahiran saya , rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya !” Brigadir Royadin bergetar , ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX , Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.
July 2010 , saat saya mendengar kepergian purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik dari keluarga dipekalongan , saya tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya . Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya , sekaligus kepada saya selaku keponakannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya , pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .
Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati . Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini dari sabang sampai merauke.
Depok June 25′ 2011
Aryadi Noersaid
prtama aku baca...hidungku terasa panas...mata brkaca2 seperti kena asep knalpot...
ingat almarhum bapak...........
Terakhir diubah oleh jaghana tanggal Thu 22 Dec 2011, 10:12, total 1 kali diubah
jaghana- Registered Sellers
- Jumlah posting : 7124
Join date : 01.07.10
Age : 47
Lokasi : matraman jak-tim 085217314302. pin BB 2843A31C
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
SUPER SEKALI.........
smoker- kopral
- Jumlah posting : 49
Join date : 16.08.10
Age : 47
Lokasi : surabaya
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
sosok yang patut di contoh..
julus- kopral
- Jumlah posting : 19
Join date : 27.08.11
Age : 39
Lokasi : kandang mburi omah:D
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
mudah mudahan sosok Royadin menjadi pigur sekaligus suritauladan bagi penerusnya
Ali topan- Sersan
- Jumlah posting : 159
Join date : 21.12.09
Age : 48
Lokasi : bintan kepri
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
kisah super...!! saluuuut
siyoko- Sersan
- Jumlah posting : 122
Join date : 20.10.11
Age : 34
Lokasi : Banjarmasin Kalimantan-Selatan
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Masih adakah Polisi seperti itu?paling tidak foto copynya lah.saya yakin masih ada walau 0.oooo%
reza arb- Kapten
- Jumlah posting : 339
Join date : 29.08.10
Lokasi : Desa Piasak,Tayan,Sanggau,Kalbar.
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
two thumb up untuk polisi royadin dan bang jagh yang menuliskannya.
ipanknade- Kapten
- Jumlah posting : 316
Join date : 04.09.11
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Dengan segala hormat dan tanpa bermaksud buruk sedikitpun,ijinkan saya yg tak punya "kuasa" ikut berkata...Jujur,apa yang dilakukan brigpol dan sultan dlm kisah nyata tsb sebenarny adalah hal yg "wajar,biasa,normal,dan memang sudah semestinya".Namun entah kenapa di negara yang adi luhung dan penuh dgn falsafah hidup peninggalan para sesepuh ini,hal tersebut justru menjd "tidak wajar,tidak normal,luar biasa dan bukan yang semestinya"? Mohon ada bimbingan tetua...Mohon maaf yg sebesar2nya jika ada tutur kata yg salah dan kurang berkenan...Rahayu...
Kadirvanhoten- Kapten
- Jumlah posting : 481
Join date : 09.12.11
Lokasi : semarang
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Karena kita sudah terlanjur hidup dalam suasana budaya yg terjungkir balik.Kadirvanhoten wrote:Dengan segala hormat dan tanpa bermaksud buruk sedikitpun,ijinkan saya yg tak punya "kuasa" ikut berkata...Jujur,apa yang dilakukan brigpol dan sultan dlm kisah nyata tsb sebenarny adalah hal yg "wajar,biasa,normal,dan memang sudah semestinya".Namun entah kenapa di negara yang adi luhung dan penuh dgn falsafah hidup peninggalan para sesepuh ini,hal tersebut justru menjd "tidak wajar,tidak normal,luar biasa dan bukan yang semestinya"? Mohon ada bimbingan tetua...Mohon maaf yg sebesar2nya jika ada tutur kata yg salah dan kurang berkenan...Rahayu...
Orang2 yg 'wajar, biasa, normal dan sudah semestinya' menjadi barang yg langka.
Maka kisah seperti ini mudah2an bisa menjadi inspirasi bagi kita utk kembali menegakkan budaya yg luhur.
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Saya berpendapat, saya sebagai orang jawa yang boleh dibilang kuno dan jelata tulen, perbuatan semacam itu boleh dibilang langka.
Keteguhan Alm.Bp.Brigadir Royadin untuk tetap menilang, meski dia tahu siapa yang ditilangnya, adalah hasil didikan dan gemblengan yang sudah merasuk bagaimana untuk menjadi penertib / menjaga aturan yang sudah dibuat agar ditaati. (didikan gaya belanda)
Kebanyakan dari orang biasa di jawa, (waktu itu) raja, sultan, ataupun penguasa adalah seorang figur yang selalu benar. dijunjung dan dihormati. sehingga apapun yang diperbuat dan diucapkan beliau tak ada kata lain dari yang mendengar selain ; "nuwun inggih sendiko gusti " klo sekarang ya semacam "siap ndan!". nyata bahwa yang dilakukan Alm.Bp.Brigadir Royadin adalah sesuatu yang langka pada saat itu.
Cerita tersebut betul terasa menyentuh untuk jaman seperti sekarang yang orang bilang amburadul disegala bidang.
Di cerita nyata ini, baik polisinya maupun sri sultan adalah dua figur berbeda yang baik untuk dijadikan panutan.
salam papaji.
Keteguhan Alm.Bp.Brigadir Royadin untuk tetap menilang, meski dia tahu siapa yang ditilangnya, adalah hasil didikan dan gemblengan yang sudah merasuk bagaimana untuk menjadi penertib / menjaga aturan yang sudah dibuat agar ditaati. (didikan gaya belanda)
Kebanyakan dari orang biasa di jawa, (waktu itu) raja, sultan, ataupun penguasa adalah seorang figur yang selalu benar. dijunjung dan dihormati. sehingga apapun yang diperbuat dan diucapkan beliau tak ada kata lain dari yang mendengar selain ; "nuwun inggih sendiko gusti " klo sekarang ya semacam "siap ndan!". nyata bahwa yang dilakukan Alm.Bp.Brigadir Royadin adalah sesuatu yang langka pada saat itu.
Cerita tersebut betul terasa menyentuh untuk jaman seperti sekarang yang orang bilang amburadul disegala bidang.
Di cerita nyata ini, baik polisinya maupun sri sultan adalah dua figur berbeda yang baik untuk dijadikan panutan.
salam papaji.
Jagonantang- Premium member
- Jumlah posting : 1856
Join date : 15.08.08
Lokasi : pondok kelapa,jakarta timur
Jhon Gultom- Jendral
- Jumlah posting : 1401
Join date : 14.10.08
Age : 42
Lokasi : jatibening, Bekasi
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
semoga bukan hanya menjadi bacaan tapi mudah-mudahan jadi kebiasaan...
ary gatRolls HC- Sersan
- Jumlah posting : 55
Join date : 30.06.11
Age : 42
Lokasi : Cirebon
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Suerrr... Merinding gw bacanya...
Roni Rayanto- Panglima
- Jumlah posting : 3292
Join date : 29.08.08
Age : 48
Lokasi : Jakarta Selatan
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Salut buat pak Royadin..
Salut buat yg menulis..
dan mudah2an jogja tetap Istimewa....
Salut buat yg menulis..
dan mudah2an jogja tetap Istimewa....
aries_setya- Kapten
- Jumlah posting : 201
Join date : 04.06.11
Lokasi : bantul, jogja
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
aries_setya wrote:Salut buat pak Royadin..
Salut buat yg menulis..
dan mudah2an jogja tetap Istimewa....
Jogja...Jogja...Tetap Istimewa...
WiKu- Kapten
- Jumlah posting : 329
Join date : 22.09.11
Lokasi : mBlali
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
reza arb wrote:Masih adakah Polisi seperti itu?paling tidak foto copynya lah.saya yakin masih ada walau 0.oooo%
mas,sudah sangat amat sangat bener2 sangat langka polisi jujur macam ini
jaman skrg perbandingan nya 1:10000 polisi aja blum tentu ada.
anyen- Premium member
- Jumlah posting : 427
Join date : 08.06.11
Lokasi : 081384961190(line,whatsapp) , bb:5ADF65DB , JAKBAR
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
mAK dEEGH...Kedua kalinya,setelah deegh pertama saat selesai denger kisah dari bang jagh.Sebuah paparan bimbingan dari mas admin yang lugas dan menyejukkan,salam kenal mas admin,bang jagh dan semua rekan...Jadi ingat ketika dulu sekali masuk ke kantor pak jaya "jamu jago".Pada ruang depan(recept.)hanya ada 1 hiasan dinding pas diatas pintu masuk kedlm ruang selanjutnya.Sebuah ukiran tulisan huruf jawa dgn abjad latin dibawahnya terbaca..."AJA DUMEH"...Iseng,tanya ma mbakny dijawab:"lha ya itu filosofiny pak bos mas"...MAK DEEGH...Administrator wrote:Karena kita sudah terlanjur hidup dalam suasana budaya yg terjungkir balik.Kadirvanhoten wrote:Dengan segala hormat dan tanpa bermaksud buruk sedikitpun,ijinkan saya yg tak punya "kuasa" ikut berkata...Jujur,apa yang dilakukan brigpol dan sultan dlm kisah nyata tsb sebenarny adalah hal yg "wajar,biasa,normal,dan memang sudah semestinya".Namun entah kenapa di negara yang adi luhung dan penuh dgn falsafah hidup peninggalan para sesepuh ini,hal tersebut justru menjd "tidak wajar,tidak normal,luar biasa dan bukan yang semestinya"? Mohon ada bimbingan tetua...Mohon maaf yg sebesar2nya jika ada tutur kata yg salah dan kurang berkenan...Rahayu...
Orang2 yg 'wajar, biasa, normal dan sudah semestinya' menjadi barang yg langka.
Maka kisah seperti ini mudah2an bisa menjadi inspirasi bagi kita utk kembali menegakkan budaya yg luhur.
Kadirvanhoten- Kapten
- Jumlah posting : 481
Join date : 09.12.11
Lokasi : semarang
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Sedikit Cerita...Administrator wrote:Karena kita sudah terlanjur hidup dalam suasana budaya yg terjungkir balik.Kadirvanhoten wrote:Dengan segala hormat dan tanpa bermaksud buruk sedikitpun,ijinkan saya yg tak punya "kuasa" ikut berkata...Jujur,apa yang dilakukan brigpol dan sultan dlm kisah nyata tsb sebenarny adalah hal yg "wajar,biasa,normal,dan memang sudah semestinya".Namun entah kenapa di negara yang adi luhung dan penuh dgn falsafah hidup peninggalan para sesepuh ini,hal tersebut justru menjd "tidak wajar,tidak normal,luar biasa dan bukan yang semestinya"? Mohon ada bimbingan tetua...Mohon maaf yg sebesar2nya jika ada tutur kata yg salah dan kurang berkenan...Rahayu...
Orang2 yg 'wajar, biasa, normal dan sudah semestinya' menjadi barang yg langka.
Maka kisah seperti ini mudah2an bisa menjadi inspirasi bagi kita utk kembali menegakkan budaya yg luhur.
Kmaren wkt ada Bencana Merapi pd November 2011...
disekitar rumah saya...
banyak pengungsi betebaran...
Karena Pemerintah baik Pusat maupun Daerah belum memberikan bantuan apapun (mgkn masih dirapatkan dulu utk pantas/tidaknya disebut bencana)...
maka Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana X langsung memberi komando (via radio dan pengeras suara berkeliling mengendarai JEEP) menginstruksikan kpd seluruh warganya (terutama warga sekitar tempat pengungsian) utk masing2 rumah membuat 5 bungkus nasi/sego kucing utk para pengungsi.
instruksi ini langsung mendapat sambutan dan dilaksanakan dgn patuh oleh warganya (sy ikut bantu n melihat jg kesibukan para warga memasak) shg para pengungsi tdk kekurangan pangan.
Menurut sy inilah shrsnya yg mjd dasar sifat dan sikap para pemimpin kt...
Ini sekedar cerita saja jd jgn ditanggapi ya?Thanks
WiKu- Kapten
- Jumlah posting : 329
Join date : 22.09.11
Lokasi : mBlali
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
anyen wrote:reza arb wrote:Masih adakah Polisi seperti itu?paling tidak foto copynya lah.saya yakin masih ada walau 0.oooo%
mas,sudah sangat amat sangat bener2 sangat langka polisi jujur macam ini
jaman skrg perbandingan nya 1:10000 polisi aja blum tentu ada.
Sory agak beda , menurut saya Polisi Seperti Bpk Brigadir Royadin jumlahnya tidak sedikit
Hanya saja profil pimpinan seperti komisaris ( Komandan ) Bpk brigadir Royadin jumlahnya tdk sedikit sehingga Tajam ke bawah tumpul ke atas Dan Pemimpin seperti sang Sinuwun Sri Sultan HB IX bisa dikatan teramat sangat jarang sekali di temui.
Sehingga Polisi yang berjiwa seperti Brigadir Royadin mau berbuat lurus namun tidak berdaya , siapa yang mau membela sang Komisiaris menyalahkan sang Pemimpin tdk membela , matilah para Brigadir Royadin di era sekarang.
Tetapi saya yakin InsyaAllah kedepan semoga semua nya bisa lebih baik
MADE RIZKI- Sersan
- Jumlah posting : 88
Join date : 17.06.10
Age : 40
Lokasi : JL.DEMAK SBY
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Sudah tdk ad Polisi ky gt(Brgdr Royadin)Org Pejabat/pemimpin skrg aj klo lg bpergian beriringan Rame2 melanggar peraturan Lalu lintas kok apesny yg ngawal Polisi lg lampu merah Trabas Yg laen suruh Minggir Smua...'cb liat klo pas gubernur-mentri sampe presiden lg di jalan,mobilny lari kenceng pdhl kondisi Rame,Bangjo lewat sudah sperti Jln Rya it milik sendiri hm..
¤Di@n-M@gelang¤- Jendral
- Jumlah posting : 1901
Join date : 30.05.11
Age : 41
Lokasi : ¤B@nTul-JogjA/M@g€lAng-G€milAng¤
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
WOOOW,,Cerita yg mengharukan,,
itulah hidup yg saling menghargai dan menghormati..
yang kecil tegas demi kebenaran..
yg besar jiwa satria mau menggakui kesalahannya,,,,(saluut),,
,,,,,semoga menjadi contoh untuk generasi kita,,,amin....
itulah hidup yg saling menghargai dan menghormati..
yang kecil tegas demi kebenaran..
yg besar jiwa satria mau menggakui kesalahannya,,,,(saluut),,
,,,,,semoga menjadi contoh untuk generasi kita,,,amin....
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Pada dasarnya semua kita mengagungkan perilaku seperti ini. Namun sedikit yang mampu melakukan dengan sepenuh hati. Mari memulai dari diri sendiri.
topanbadai- Registered Sellers
- Jumlah posting : 658
Join date : 07.09.10
Age : 51
Lokasi : Banda Aceh
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Salam kenal juga mas Kadir...Kadirvanhoten wrote:...salam kenal mas admin,bang jagh dan semua rekan...
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
reza arb wrote:Masih adakah Polisi seperti itu?paling tidak foto copynya lah.saya yakin masih ada walau 0.oooo%
Sang Junior spesialis menangani kejahatan klasifikasi tinggi
Pose setelah selesai perang jalu dgn bajak laut dgn hasil bajak laut Tipam.
ali- Kolonel
- Jumlah posting : 626
Join date : 03.08.10
Age : 55
Lokasi : Belawan, Medan
Re: Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan
Wew pukul tipam nya ngeri euy.. Siip bang,he..he..ali wrote:Sang Junior spesialis menangani kejahatan klasifikasi tinggi
Pose setelah selesai perang jalu dgn bajak laut dgn hasil bajak laut Tipam.
gisalom- Kolonel
- Jumlah posting : 762
Join date : 24.06.10
Lokasi : Aceh/Lhokseumawe
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Similar topics
» Sebuah peristiwa
» Info bagi yg sering terkena tilang polisi
» MIMPI YANG JADI KENYATAAN ( Kisah nyata)
» kisah malam minggu
» gak pernah ada yg jual ayam kalah!!!???
» Info bagi yg sering terkena tilang polisi
» MIMPI YANG JADI KENYATAAN ( Kisah nyata)
» kisah malam minggu
» gak pernah ada yg jual ayam kalah!!!???
Halaman 1 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik