Perbandingan pacek petarung dan yang tidak.

Salam papaji..
Bagaimana pendapat senior2 papaji..bahwa pacek yang jarang bertarung dgn pacek yg jam tarung yang tinggi yang baik menurunkn anak..,
(dgn catatan jago memiliki kualitas yg sama..)
Karena ada peternak didaerah saya..,
mis.apbila dia memiliki 2 ekor jago,yg garis keturunan yang sama(induk dan paceknya sama)..serta gaya tarung yg tidak jauh berbeda..,yang satu sering menang saat diadu(mis.7x).,yg satunya lgi(1x)kemudian tidak diadu lgi untuk dijdikan pacek..
Dia berpendapat bhwa ayam yg sering tarung tidak sempurna lgi menurunkn bibit krn byk2 sel2 tubuh ayam tsbt byk rusak akibat byknya tarung..dibndingkn ayam yg jarang tarung..
Dan dia telah membuktikn bhwa pndapatnya benar saat kedua jago tsbt diternakn..
Mohon pendapat dari senior2..

Boleh2 saja ko Mas berpendapat seperti itu.. Karena mereka tahu persis apa yang dilakukan terhadap ayam mereka..

Amin wrote:Salam papaji..
Bagaimana pendapat senior2 papaji..bahwa pacek yang jarang bertarung dgn pacek yg jam tarung yang tinggi yang baik menurunkn anak..,
(dgn catatan jago memiliki kualitas yg sama..)

Dan dia telah membuktikn bhwa pndapatnya benar saat kedua jago tsbt diternakn..
Mohon pendapat dari senior2..

Nah pertanyaan diatas sebenarnya sudah terjawab dengan pernyataan dibawahnya.....dan saya juga sependapat dengan hal tersebut...

Salam

Sebenarnya ini bukan masalah banyaknya diadu. Tapi masalah kondisi kesehatan si pacek.
Sering diadu, tentu lama kelamaan akan mengalami gangguan fisik dan bisa jadi cacat.

Ayam yg tidak pernah diadu sekalipun, bisa saja jadi jelek utk pacek kalau pernah terserang penyakit yg cukup parah.

Hal yg selama ini sy lakukan adlh, bila seekor ayam sejak awal sudah di rencanakan utk jadi pacek, tidak usah terlalu sering diadu. 2-3X sudah cukup sebagai pembuktian saja. Kemudian Langsung pensiun.
Teman saya yg importir pernah bercerita, bahwa ada satu peternakan besar di thailand sana dimana dalam satu generasi ia selalu menyimpan satu ekor hasil anakan ternaknya yg terbaik. Tidak untuk dijual, tidak untuk diadu.
Disimpan saja sampai dewasa, dan dijadikan parental stock (pacek).
Dg cara ini, produktifitas menghasilkan anaknya bisa sangat tinggi.

Betul itu..saya setuju sekali.

Semua itu hanya masalah proses waktu. Artinya begini kalau ayam yg hanya diadu 1 x, maka pada saat
mau dijadikan Pacek bisa langsung pakai dan hasilnya pasti baik.

Namun kalau sudah sering diadu..apalagi sampai 7 x, maka kita perlu waktu untuk menyehatkan
terlebih lagi mengingat karena seringnya diadu pasti ayam tsb pernah terpukul berat yang mungkin
bisa merusak salah satu organ tubuhnya.

Tks

Seekor petarung bisa menang sampai ke sekian kali misalnya 10 x . tentu sang petarung mempunyai kondisi yang yang bagus serta perawatan yang maksimal baru bisa memenangkan sekian kali dalam bertarung ..
hemat saya pada prinsipnya kerusakan syraf akibat dari pertarungan tidak mempengaruhi keturunan .. kecuali ada kerusakan di sisitem reproduksinya ...

ferry bun wrote:Seekor petarung bisa menang sampai ke sekian kali misalnya 10 x . tentu sang petarung mempunyai kondisi yang yang bagus serta perawatan yang maksimal baru bisa memenangkan sekian kali dalam bertarung ..
hemat saya pada prinsipnya kerusakan syraf akibat dari pertarungan tidak mempengaruhi keturunan .. kecuali ada kerusakan di sisitem reproduksinya ...

Intinya sih, pacek harus sehat. Meskipun sering diadu, kalau sehat ya ga masalah.
Tapi, ayam yg sering adu itu khan banyak resiko. Buta, pincang, sakit, luka dalam, dll. Tentu ini mempengaruhi produktifitasnya. Juga perlu diingat, biasanya sehabis diadu, orang cenderung memberikan antibiotik utk mempercepat proses penyembuhan luka. Pemberian zat2 kimia antibiotik ini juga bisa berpengaruh pada organ2 reproduksinya.

CMIIW

Saya pernah punya pacek, didapat dari hasil ternak sendiri. Tidak pernah diadu sama sekali. Sampai umur 8 tahun masih produktif.

Saya sependapat bahwa pacek petarung dan yang tidak tetap akan sama kwalitasnya. Hemat saya sepanjang kwalitas sperma pacek tersebut masih bagus pasti turunannya akan bagus juga. walau seandainya pacek tersebut cacat karena pertarungan. Beda seandainya cacat tersebut karena terserang penyakit oleh Virus yang bisa mempengaruhi kwalitas kesehatan anaknya.

Administrator wrote:

ferry bun wrote:Seekor petarung bisa menang sampai ke sekian kali misalnya 10 x . tentu sang petarung mempunyai kondisi yang yang bagus serta perawatan yang maksimal baru bisa memenangkan sekian kali dalam bertarung ..
hemat saya pada prinsipnya kerusakan syraf akibat dari pertarungan tidak mempengaruhi keturunan .. kecuali ada kerusakan di sisitem reproduksinya ...

Intinya sih, pacek harus sehat. Meskipun sering diadu, kalau sehat ya ga masalah.
Tapi, ayam yg sering adu itu khan banyak resiko. Buta, pincang, sakit, luka dalam, dll. Tentu ini mempengaruhi produktifitasnya. Juga perlu diingat, biasanya sehabis diadu, orang cenderung memberikan antibiotik utk mempercepat proses penyembuhan luka. Pemberian zat2 kimia antibiotik ini juga bisa berpengaruh pada organ2 reproduksinya.

CMIIW

Saya pernah punya pacek, didapat dari hasil ternak sendiri. Tidak pernah diadu sama sekali. Sampai umur 8 tahun masih produktif.

sangat betul apa yang diulas mas Ary ... maka perlu diperhatikan bila pemberiaan Antibiotik harus dibarengi dengan vitamin untuk memperbaiki jaringan yang rusak oleh efek antibiotik .
salam Ferry BUn

Benar dan sy sngat setuju dgn apa yg disampaikan Bg Moderator...untuk Pacek gk melihat berapa kali dia menang dn bertarung, yg gk pernah tarung dan gk menangan pun akan bisa menurunkan anak2 yg bgs dn jawara...hnya bedanya kalo dh pernah bertarung dn menang kita merasa mantab dn gk ragu2 untuk dijadikan pacek walau gk th trahnya...kalo, itupn gk menjamin anaknnya bgs2 smua ada proses dn berbagai faktor pendukung lainnya....dn perlu waktu untuk membuktikan keduanya....

Pendapat bahwa ayam yg lebih sering diadu lebih jelek kwalitasnya untuk di jadikan pacek dari pada ayam yang jarang di adu, ada benarnya juga, karena ditakutkan sel2 reproduksi ayam tersebut rusak karena terlalu sering diadu. Tapi kalau semisalkan ingin memacekkan ayam yang udah sering menang bisa aja, dengan catatan selama ayam itu bertarung, menangnya ngga pernah lama, semisalkan setiap bertarung menangnya cuma 5 menit. Dngan begitu resiko sel2 reproduksi ayam menjadi rusak sangat tidak mungkin.

terkadang ada ayam yang sudah menangan tapi anakannya kurang bagus kualitasnya, ada pacekan yang ga di adu tapi anakannya sangat berkualitas.

jadi ada ayam yang bagus untuk di adu saja tapi saat di anakin anaknnya kurang bagus, ada ayam yang tidak bagus untuk di adu tapi baik untuk di ambil keturunannya.

tapi terkadang kalo pacekannya menangnya dah banyak maka pembeli akan lebih tertarik daripada anakan pacek yang belum pernah menang tapi dalam hal kualitas sama.


john

john wrote:terkadang ada ayam yang sudah menangan tapi anakannya kurang bagus kualitasnya, ada pacekan yang ga di adu tapi anakannya sangat berkualitas.

jadi ada ayam yang bagus untuk di adu saja tapi saat di anakin anaknnya kurang bagus, ada ayam yang tidak bagus untuk di adu tapi baik untuk di ambil keturunannya.

tapi terkadang kalo pacekannya menangnya dah banyak maka pembeli akan lebih tertarik daripada anakan pacek yang belum pernah menang tapi dalam hal kualitas sama.

Inilah seninya ternak mas John... Feeling kita harus betul2 jeli melihat mana ayam yg cocok utk dijadikan pacek. Menang saja belum cukup utk dijadikan syarat pacek yg baik. Antara pacek dan babon harus betul2 cocok dan serasi.

bener pak admin, harus cocok dan serasi...
mungkin saja pacek dan biangnya biring galih tapi anakannya ada yang keluar brumbun madu ya, hahahahhaha

pizzzzzzzzzzzzz

Ada sedikit dari saya,saya pernah membaca buku beternak ayam kampung,mungkin dpt dgunakan sbg acuan.dsana tertulis bahwa seekor pemacek sebaiknya dkawinkan dg biang maks 6 ekor saja,agar kualitas anakannya tetap terjaga.dan mnurut saya jgn tiap hari si pacek dkawinin,kasih jeda jg utk istirahat.biar kualitas spermanya baik.

nama besar pamacek apa nama besar kandang yang mau dipublikasikan

Secara teori ilmiah dan logika saya setuju dengan pemikiran teman pak Amin.Ayam yg jarang diadu kemungkina sehat lebih besar dari pada ayam yg sudah habis2an diadu.

Teori pak Andreaz juga sangat masuk akal dan penting.Kesehatan Pacek dan Babon harus dijaga supaya alat reproduksinya juga sehat...yg nantinya akan menghasilkan anakan2 yg sehat juga.

Pemikiran atau pertanyaan pak Aan ini yg harus dijawab oleh kita2 secara pribadi .Mau jual/beli nama Pacek menangan,tanpa melihat kualitas anak2nya Atau mau menjual/membeli kualitas anakan2 sehat yg diproduksi Kandang kita...dgn Pacek dan Babon yg Sehat.

Menurut temanya Pak Amin pacek bukan petarung anakanya lebih baik dr pd pacek petarung adalah betul krn telah dibuktikan sendiri. Pertanyaanya kmudian, adakah sobat2 PAPAJI yg telah membuktikan sebaliknya?... kalau ada jg betul krn d buktikan juga. Inilah hoby kita yg slalu misterius untuk cari pacek aja ada 2 bukti empiris yg bertolak blakang tinggal kita cocok yg mana pakai aja krn kputusan akhir d tangan sobat2 sendiri... maaf kalau keliru.

menurut saya yg paling manteb ya pake pacek yg sdh terbukti menangan dengan sistem pemuliaan ternak

ferry bun wrote:Seekor petarung bisa menang sampai ke sekian kali misalnya 10 x . tentu sang petarung mempunyai kondisi yang yang bagus serta perawatan yang maksimal baru bisa memenangkan sekian kali dalam bertarung ..
hemat saya pada prinsipnya kerusakan syraf akibat dari pertarungan tidak mempengaruhi keturunan .. kecuali ada kerusakan di sisitem reproduksinya ...

setuju...sebab kl mau cari ayam, orang cenderung menanyakan " nama bapak" nya yg telah terbukti menangan ...bukan "nama pamannya".....

menurut saya yg paling mengetahui untuk dijadikan pacek tu adalah peternaknya sendiri, saya setju dgn pendapat rekan2 yg menggunakan pemacek yg jumlah tarungnya lebih sedikit sb secara logika fisiknya lbh sedikit digebuki jika dibanding dgn yg sdh punya rekor banyak sebab ayam kita tsb tdk bisa mengatakan jika dia memiliki keluhan pada fisiknya. namun sy sendiri juga pernah menjadikan pemacek yg sdh punya rekor tanding 10 s/d 21 kali menang (digelanggang pinggiran) yg sy beri nama COMBY ( photonya di avatar) dalam arti pada rekor ke 10 COMBI mulai mabung selanjutnya sy jadikan pacek s/d rekor 21 tarung. jadi pd pertarungan ke 15 s/d 21 pacek tsb selalu sy bawa ke gelanggang bersama-sama dgn para anaknya utk mencari tandingan namun induknya hanya saya berikan 1 ekor aja.
setiap induk tsb angkrem maka COMBI sy abar buka urat sekitar 10 menit kemudian 2 minggu kemudian sy adu ke gelanggang, begitulah seterusnya s/d 21 x menang dan kalah sama namanya penyakit mati tiba2.
untuk perwatan setiap hari pacek (COMBY) sama dgn ayam yg disiapkan untuk tarung. Terus terang deh saat itu dlm otak sy hanya laga ayam di gelanggang & bahkan sy pernah membawa induk utk ditarungkan sehingga teman2 menertawai sya. sorry, sy rasa ini gak perlu di contah, .....

ada sedikit perbedaan tolok ukur, jika tolok ukurnya adalah kualitas anakan, maka tidak ada hubungannya dengan kemenangan pemacek, namun jika tolok ukurnya adalah nilai jual anakan berdasarkan reputasi pemacek ya lebih baik jika pemacek yang dipakai adalah jawara ( dengan kondisi kualitas pemacek sama). sebagaiman kita ketahui harga ayam aduan seringkali berbeda jauh ( njomplang ato timpang), jika penjual mempunyai reputasi moncer maka hampir bisa dipastikan bahwa bandrol harganya bisa luarbiasa. coba bandingkan dengan ayam keluaran dari peternak dg reputasi biasa....(meski tidak jarang kualitasnya seimbang ato kadang malah lebih bagus).....emm jauh sekali bos. mkanya seringkali pemacek jawara adalah pilihan untuk mengejar kualitas plus harga jual. lha klo reputasi penjual sudah hebat, ya nggak perlu memperdulikan pernah menang ato tidak yg penting kualitasnya aja, benar?

Kalau anaknya bagus2, meskipun pacek belum pernah tarung, reputasinya tetep naik koq...
Katakanlah si A (pacek), setiap keluar anakan, kualitasnya diatas rata2.
Pasti orang akan cari terus anakan si A.

Sebaliknya, si B, ayam menangan. Tapi kalo anaknya jelek2, orang ga akan mau beli anak si B.

Administrator wrote:Kalau anaknya bagus2, meskipun pacek belum pernah tarung, reputasinya tetep naik koq...
Katakanlah si A (pacek), setiap keluar anakan, kualitasnya diatas rata2.
Pasti orang akan cari terus anakan si A.

Sebaliknya, si B, ayam menangan. Tapi kalo anaknya jelek2, orang ga akan mau beli anak si B.

setuju mas, pada akhirnya yg dilihat adalak anak2nya, mungkin pertama pembeli memamg melihat bapaknya, namun pada akhirnya jg akan menilai kualitas anaknya, kalo jelek pasti ga akan kembali ambil anaknya, tp walau bapaknya kalahan pun dan anaknya menangan pasti laris.

itu membuktikan bahwa pacek bukan faktor utama penentu kualitas anakan, faktor babon, pakan, trah dan perawatan jg ga kalah penting.

maaf kalo ada yg ga tepat, nuwun.

intinya untuk anakan yang bagus masih gaib.... he..he...