ORANG2 MILITAN

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.

salam MILITAN.........

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.

salam MILITAN.........

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.

salam MILITAN.........

Roni Rayanto wrote:

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.

salam MILITAN.........

ralat : dikucilkan, bkn dipencilkan sob

Roni Rayanto wrote:

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.

salam MILITAN.........

ralat : dikucilkan, bkn dipencilkan sob

topanbadai wrote:

Roni Rayanto wrote:

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.

salam MILITAN.........

ralat : dikucilkan, bkn dipencilkan sob

Kalo dikucilkan itu masih bisa ketemu sama orang lain, kalo dipencilkan lebih parah, gak boleh ketemu sama orang, terutama sama ayam bg, huahahaha..

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.
salam MILITAN.........

Ardiningtiyas (konsultankarir.com) wrote:

cara menumbuhkan militansi

Bagaimana cara membangkitkan militansi (solidaritas, rasa memiliki) dalam sebuah organisasi yang bersifat nonprofit, dimana anggotanya memiliki minat dan kepentingan yang berbeda-beda?

Kelompok (apapun namanya) merupakan media untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama ini tidaklah sesederhana yang tertuang di atas kertas, seperti AD/ART atau kesepakatan bersama. Apa visi dan misi organisasi ini? Mengapa saya, kamu, dia, mereka membentuk organisasi ini? Untuk apa bergabung dalam organisasi ini?

Begitu organisasi terbentuk, ia segera menuntut komitmen siapapun yang terlibat di dalamnya. Artinya konsisten dalam bertindak dan bersikap selaras dengan visi-misi organisasi. Break down tujuan organisasi menjadi aktivitas-aktivitas konkret dalam kurun waktu tertentu. Buat indicator pencapaian untuk tiap aktivitas sehingga organisasi bisa memonitor dan mengevaluasi.

Untuk membentuk tim produktif, sebuah organisasi perlu memiliki tujuan yang jelas, komunikasi efektif, kepemimpinan yang baik, mampu membuat keputusan efektif, mampu mengelola konflik secara konstruktif, dan secara positif menggunakan power (otoritas).

Mari mengingat kembali tentang visi dan misinya. Konflik kepentingan akan selalu hadir sejalan dengan dinamika kelompok, dinamika interaksi di dalamnya. Namun, semua anggota kelompok memiliki satu alasan bersama mengapa bergabung dalam organisasi ini. Tugas ini bukan hanya tanggung jawab pemimpin namun, ada kondisi tertentu yang membutuhkan tindakan ‘formal’ pemimpin untuk meluruskan kembali arah gerak organisasi. Jika kita tidak memiliki kewenangan ini, cobalah untuk membawa niat baik kita ke tingkat organisasi. Meski ini juga tergantung pada masalahnya, kita bisa mengingatkan anggota lain secara personal di setiap kesempatan.

Kelola konflik dengan bijaksana mulai dari proses negosiasi, konsensus hingga kompromi. Ambil langkah konsolidasi sehingga bisa memetakan masalah sesungguhnya. Adakalanya, masalah pribadi yang sebenarnya tidak terkait dengan organisasi membuat seseorang tampil egois. Atau adanya kekecewaan terhadap organisasi, tetapi tidak selalu berarti ingin menghancurkan kepentingan bersama.

Kedewasaan mengelola emosi memegang peran penting di sini. Harus ada pihak yang mampu meredam amarah, memberi semangat, dan sebagainya.

Fokuskan masalah sehingga organisasi dapat menganalisis dengan jelas dan terukur. Identifikasi masalah, seleksi informasi penting dan berorientasilah pada penyelesaian masalah. Setelah mengungkap ‘Mengapa’ , segera bergerak ke ‘Bagaimana mengatasinya?’ . Terbukalah pada berbagai alternative secara proaktif, artinya bukan hanya memoderasi “Kamu ingin apa?” atau “Terserah deh, saya ikut aja” tetapi juga berkontribusi mengusulkan solusi untuk dibahas bersama.

Minimalisir prasangka dengan mengkomunikasikan semua itu. Kemukakan dengan jelas tetapi ajukan pula alternatifnya sehingga anggota lain punya informasi untuk memahami dan bersama mencarikan solusi.

Komunikasikan kendala yang ada tetapi bedakan dengan keluh kesah. Jika ada kendala di tengah jalan, berkoordinasilah, sehingga tujuan organisasi tetap tercapai. Jika dalam meeting organisasi semua mengajukan masalah , arahkan kembali ke tujuan bersama.

Jangan lupakan pula pendekatan personal, cara ini sering menjadi penyelamat organisasi. Kesimpangsiuran informasi, perlakuan formal dan kaku bisa menimbulkan prasangka dan perasaaan tidak dianggap oleh kelompok. Karena itu, cobalah bersikap fleksibel dengan mengedepankan asumsi positif. Bersiaplah menerima dinamika perasaaan rekan, senior, junior maupun pimpinan. Pada dasarnya setiap orang ingin dimengerti dan diterima.

cay wrote:

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.
salam MILITAN.........

setujuhhh om jagh.....
berikut kutipan sebagai bahan renungan kita bersama

Ardiningtiyas (konsultankarir.com) wrote:

cara menumbuhkan militansi

Bagaimana cara membangkitkan militansi (solidaritas, rasa memiliki) dalam sebuah organisasi yang bersifat nonprofit, dimana anggotanya memiliki minat dan kepentingan yang berbeda-beda?

Kelompok (apapun namanya) merupakan media untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama ini tidaklah sesederhana yang tertuang di atas kertas, seperti AD/ART atau kesepakatan bersama. Apa visi dan misi organisasi ini? Mengapa saya, kamu, dia, mereka membentuk organisasi ini? Untuk apa bergabung dalam organisasi ini?

Begitu organisasi terbentuk, ia segera menuntut komitmen siapapun yang terlibat di dalamnya. Artinya konsisten dalam bertindak dan bersikap selaras dengan visi-misi organisasi. Break down tujuan organisasi menjadi aktivitas-aktivitas konkret dalam kurun waktu tertentu. Buat indicator pencapaian untuk tiap aktivitas sehingga organisasi bisa memonitor dan mengevaluasi.

Untuk membentuk tim produktif, sebuah organisasi perlu memiliki tujuan yang jelas, komunikasi efektif, kepemimpinan yang baik, mampu membuat keputusan efektif, mampu mengelola konflik secara konstruktif, dan secara positif menggunakan power (otoritas).

Mari mengingat kembali tentang visi dan misinya. Konflik kepentingan akan selalu hadir sejalan dengan dinamika kelompok, dinamika interaksi di dalamnya. Namun, semua anggota kelompok memiliki satu alasan bersama mengapa bergabung dalam organisasi ini. Tugas ini bukan hanya tanggung jawab pemimpin namun, ada kondisi tertentu yang membutuhkan tindakan ‘formal’ pemimpin untuk meluruskan kembali arah gerak organisasi. Jika kita tidak memiliki kewenangan ini, cobalah untuk membawa niat baik kita ke tingkat organisasi. Meski ini juga tergantung pada masalahnya, kita bisa mengingatkan anggota lain secara personal di setiap kesempatan.

Kelola konflik dengan bijaksana mulai dari proses negosiasi, konsensus hingga kompromi. Ambil langkah konsolidasi sehingga bisa memetakan masalah sesungguhnya. Adakalanya, masalah pribadi yang sebenarnya tidak terkait dengan organisasi membuat seseorang tampil egois. Atau adanya kekecewaan terhadap organisasi, tetapi tidak selalu berarti ingin menghancurkan kepentingan bersama.

Kedewasaan mengelola emosi memegang peran penting di sini. Harus ada pihak yang mampu meredam amarah, memberi semangat, dan sebagainya.

Fokuskan masalah sehingga organisasi dapat menganalisis dengan jelas dan terukur. Identifikasi masalah, seleksi informasi penting dan berorientasilah pada penyelesaian masalah. Setelah mengungkap ‘Mengapa’ , segera bergerak ke ‘Bagaimana mengatasinya?’ . Terbukalah pada berbagai alternative secara proaktif, artinya bukan hanya memoderasi “Kamu ingin apa?” atau “Terserah deh, saya ikut aja” tetapi juga berkontribusi mengusulkan solusi untuk dibahas bersama.

Minimalisir prasangka dengan mengkomunikasikan semua itu. Kemukakan dengan jelas tetapi ajukan pula alternatifnya sehingga anggota lain punya informasi untuk memahami dan bersama mencarikan solusi.

Komunikasikan kendala yang ada tetapi bedakan dengan keluh kesah. Jika ada kendala di tengah jalan, berkoordinasilah, sehingga tujuan organisasi tetap tercapai. Jika dalam meeting organisasi semua mengajukan masalah , arahkan kembali ke tujuan bersama.

Jangan lupakan pula pendekatan personal, cara ini sering menjadi penyelamat organisasi. Kesimpangsiuran informasi, perlakuan formal dan kaku bisa menimbulkan prasangka dan perasaaan tidak dianggap oleh kelompok. Karena itu, cobalah bersikap fleksibel dengan mengedepankan asumsi positif. Bersiaplah menerima dinamika perasaaan rekan, senior, junior maupun pimpinan. Pada dasarnya setiap orang ingin dimengerti dan diterima.

salam papaji salam guyub salam kemajuan[b]

jaghana wrote:
siiiiiiiiiipppppppp mas cahyo........muanntaabbbsss..

hakim_sinchan wrote:[img][/img]
istirahatdpasarrebo deket prapatan lampumerah pasarrebo


nekaaaaad bae lah.........

Roni Rayanto wrote:

hakim_sinchan wrote:[img][/img]
istirahatdpasarrebo deket prapatan lampumerah pasarrebo


nekaaaaad bae lah.........

Salah satu Militan sejati... Bisa diganti juga nih julukannya : Hakim Dimana Mana

jaghana wrote:nek mas hendro tu MILANKOLIS.......

jaghana wrote:MEREKA menyadari benar, gerakan itu harus dijalankan dengan keteguhan. Itu membutuhkan gemblenging tekad, kesungguhan hati, dan “kebersihan diri”. Dengan kata lain,membutuhkan militansi dan kesediaan berkorban luar biasa. Para pengikutnya sadar benar, risiko gerakan mereka adalah pengorbanan harta milik, waktu dan tenaga. Bisa jadi dipencilkan dari masyarakat, dipenjara, atau dibuang.

salam MILITAN.........

Hendro wrote:

Roni Rayanto wrote:

hakim_sinchan wrote:[img][/img]
istirahatdpasarrebo deket prapatan lampumerah pasarrebo


nekaaaaad bae lah.........

Salah satu Militan sejati... Bisa diganti juga nih julukannya : Hakim Dimana Mana

Disamping MILITAN beliau ini layak dijuluki MINGGATAN alias nggak betah dirumah ke...ke...ke...ke....

Kalo mas Eko Purwanto alias Jaghana selain MILITAN juga MRINGISAN alias suka cengar cengir sendiri dan MIRISAN alias nggak tegaan....ke...ke....ke.....